Mengenal Kain Tenun Ulos, Simbol Restu yang Tersampir di Leher Kaesang

Sebagai salah upaya mewarisi kekayaan budaya, seorang tokoh adat Suku Batak menyematkan ulos kepada Ketua Umum Partai Solidaritas (PSI) Kaesang Pangarep saat mengunjungi Pematang Siantar, Sumatera Utara, Kamis (8/2/2024).

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 09 Feb 2024, 22:43 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2024, 20:48 WIB
Ulos
Ketua Umum Partai Solidaritas (PSI) Kaesang Pangarep berdialog dengan masyarakat saat mengunjungi Pematang Siantar, Sumatera Utara, Kamis (8/2/2024). Foto: PSI

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu upaya mewarisi kekayaan budaya, seorang tokoh adat Suku Batak menyematkan ulos kepada Ketua Umum Partai Solidaritas (PSI) Kaesang Pangarep saat mengunjungi Pematang Siantar, Sumatera Utara, Kamis (8/2/2024).

Kain ulos merupakan tenun khas Suku Batak yang berbentuk selendang dan dianggap sebagai simbol restu, kasih sayang serta persatuan.

Pemaknaan tersebut sejalan dengan filosofi Batak, yakni “Ijuk pengihot ni hodong, Ulos penghit ni halong” yang berarti ijuk pengikat pelepah pada batangnya dan ulos pengikat kasih sayang di antara sesama.

Awal mulanya, ulos digunakan sebagai penghangat badan bagi nenek moyang suku Batak. Sebab, mereka meyakini ada tiga hal yang menjadi sumber kehidupan manusia, yaitu darah, nafas dan kehangatan.

Nenek moyang Suku Batak sendiri sudah mengenal ulos sejak abad ke-14, bersamaan dengan masuknya alat tenun tangan dari India.

Dengan disematkannya ulos kepada Kaesang, diharapkan dapat menjadi simbol persatuan dan kasih sayang sehingga kehadirannya membawa pesan damai.

Dalam kesempatan tersebut, Kaesang yang ditemani istrinya Erina Gundono bertemu dengan sejumlah tokoh adat dan kader PSI. Ia berdiskusi mengenai berbagai permasalahan yang selama ini di hadapi masyarakat.

“Saya tekankan di awal, saya di sini ingin berdialog. Saya ingin mendapatkan arahan supaya kami jauh lebih baik ke depannya,” sebut Kaesang.

Kaesang juga mengimbau para peserta dialog untuk mengikuti pemilu yang cerdas dan santun. Tidak perlu saling menghujat, sehingga pemilu dapat dilaksanakan dengan riang gembira.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menggunakan hak suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada 14 Februari 2024 mendatang.

"Saya berharap nanti tingkat golput yang ada di Sumut ini, khususnya di Pematang Siantar dan Simalungun ini lebih rendah," pungkas Kaesang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya