Heboh Kabar Beras Langka, Berikut Penyebabnya Menurut Dirut Bulog

Akhir-akhir ini kabar tentang kelangkaan beras masih menjadi perhatian publik khususnya masyarakat.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 13 Feb 2024, 18:26 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2024, 18:11 WIB
Ilustrasi beras
Ilustrasi beras. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Bandung - Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan dengan kabar beras langka karena stoknya yang tampak menurun di pasaran. Diketahui, jenis beras yang disebut langka tersebut merupakan beras jenis premium.

Penyebab penurunan stok beras premium tersebut diketahui karena panen raya yang tertunda. Sementara itu, melansir dari Liputan6 Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menuturkan terkait penyebab beras langka dan harga beras yang terus meroket.

Ia mengambil harga beras premium yang saat ini sudah banyak di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp13.900 per kg. Sebagai perbandingan, Bayu juga memaparkan data harga gabah petani di hampir semua sentra produksi yang sudah melampaui Rp7.500 per kg.

Sementara, harga beras melonjak dua kali lipat setelah dihitung persentase dari berat beras yang dihasilkan dari penggilingan gabah (rendemen). 

“Cara menghitung dari gabah ke beras gampangnya kali dua. Karena rendeman sekitar 50-55 persen. Memang ada yang 60 persen. Saya ambil gampangnya saja untuk menghitung, sekitar 50 persen,” kata Bayu pada Selasa (13/2/2024) di Kantor Perum Bulog, Jakarta.

Bayu juga memaparkan perbandingan harga beras dan gabah di beberapa kota misalnya di Karawang, harga gabahnya di tingkat petani Rp7.150 per kg dan beras premium Rp14.333 per kg.

Kemudian, di Kabupaten Sidrap dengan harga gabah Rp7.900 per kg dan beras premium Rp14.050 per kg. Sementara itu, di Ngawi, harga gabah Rp8.200 per kg dan harga beras premium Rp15.700 per kg.

“Data tadi konfirmasi hal tersebut, bahwa di tingkat produsen gabah sudah Rp8.000, di daerah produksi harga beras sudah Rp15.000. Ini terjadi praktis di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Kelangkaan Stok Beras di Pasar Ritel Modern

Ilustrasi beras
Ilustrasi beras. (Photo created by lifeforstock on www.freepik.com)

Kondisi yang dijelaskan oleh Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi tersebut membuat stok beras di pasar modern langka. Pasalnya, ritel modern seperti Alfamart, Indomaret, atau ritel modern lainnya tidak bisa menjual beras premium di atas harga eceran tertinggi.

Bayu Krisnamurthi mengungkapkan HET untuk beras premium adalah Rp13.900 per kg. Sementara, ritel modern tidak akan berani melanggar HET dan jika ketahuan akan menjadi masalah bagi ritel modern.

“HET untuk beras premium adalah Rp13.900 (per kg). Anda bisa bayangkan, ritel modern kira-kira berani enggak melanggar HET? Enggak berani. Reputational problem,” ucapnya.

“Kalau sampai ketahuan, maka itu akan menimbulkan masalah bagi si ritel modern. Dan orang tidak peduli, misal Alfamart yang ada di daerah mana, yang kena seluruh Alfamart, karena tanggung jawab manajemennya,” kata Bayu.

Akibatnya, pengusaha produsen beras tidak ingin menjual rugi ke ritel modern dan mulai mengurangi pasokan berasnya. Sementara itu, Bayu mengungkapkan jika masuk ke pasar tradisional beras tersebut masih tersedia.

“Mereka mulai kurangi pasokan ke ritel modern. Kalau kita masuk ke pasar tradisional, itu tersedia berasnya, ada. Cuman mahal di atas HET (beras). Ini lah situasi gambaran perberasan sekarang,” ungkap Bayu.

Pemerintah Membantah Kelangkaan Beras Akibat Bansos

Ilustrasi – Beras Bansos Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Beras Bansos Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian membantah jika kenaikan harga beras serta kelangkaan beras merupakan akibat dari program bantuan sosial (bansos) pangan yang aktif diberikan oleh pemerintah.

Pihaknya menjelaskan bahwa program bansos pangan yang rajin digelontorkan mempunyai tujuan agar memenuhi pasokan serta menstabilkan harga beras yang terus mengalami kenaikan.

“Oh enggak, kan (bansos) itu merupakan bagian dari itu untuk mengatasi pasokan pangan, menstabilkan harga (beras),” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto pada (13/2/2024).

Haryo menuturkan kenaikan harga beras dan kelangkaan stok disebabkan oleh mundurnya musim tanam akibat dampak Fenomena El Nino. Tercatat produksi beras dalam negeri periode Januari hingga Maret diperkirakan hanya 5,8 juta ton.

Angka tersebut menurun sekitar 37% dibandingkan dari periode yang sama pada tahun 2023 lalu. Pihaknya memastikan sejauh ini dari informasi yang ia terima terkait pengaruh harga beras dikarenakan mundurnya musim tanam.

“Tadi baru ada rapat terkait tersebut yang dipimpin presiden (Jokowi). Artinya Kemenko Perekonomian memonitor perkembangan harga pangan termasuk beras dan berkoordinasi dengan stakeholders ya, KL terkait, kemudian juga memonitor di lapangan. Jadi kenaikan harga beras itu, sejauh informasi yang saya terima itu dipengaruhi oleh mundurnya musim tanam,” kata Haryo.

Impor Beras

Ilustrasi beras
Ilustrasi beras. (Photo created by lifeforstock on www.freepik.com)

Sementara itu pemerintah juga berupaya melakukan impor beras, tetapi upaya tersebut menghadapi sejumlah kendala yang mempengaruhi stok beras dalam negeri. Diketahui upaya impor beras mengalami sejumlah kendala seperti kenaikan harga pupuk dunia.

Diketahui kenaikan harga pupuk dunia disebabkan terganggunya pasokan bahan baku pupuk terdampak perang Rusia Ukraina. Kemudian Haryo menjelaskan rantai pasok global juga terhambat akibat konflik Terusan Suez.

“Kemudian juga rantai pasok global, akibat konflik di Terusan Suez, itu mengganggu juga pasokan pangan dunia, di Asia. Jadi hal-hal tersebut mengganggu,” ucapnya.

Pemerintah saat ini juga berupaya untuk mengatasi kelangkaan stok dan kenaikan harga beras dengan memerintahkan Perum Bulog agar mempercepat penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP).

Percepatan penyaluran beras SPHP tersebut diharapkan bisa menekan harga beras yang terus melambung.

“Terus juga mempercepat impornya juga. Jadi yang mendapatkan penugasan Bulog, diperintahkan kepada Bulog mempercepat proses impor dan penyaluran,” ujar Haryo mengutip dari Liputan6.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya