Liputan6.com, Yogyakarta Rektor UGM, Ova Emilia mengatakan jika Pemda DIY melalui Gubernur DIY, Sri Sultan HB X meminta bantuan UGM terutama Fakultas Filsafat terkait dengan pengembangan literasi bagaimana supaya masyarakat petani di DIY bisa mengubah pola pikir. Sebab selama ini menurut Sultan HB X masyarakat DIY selama ini cenderung sebagai masyarakat agraris konvensional.
“Kami diminta mengembangkan konsep literasi yang bisa mengubah mindset para petani kita. Ini karena dunianya sekarang arahnya adalah industri, sehingga saya kira perlu perubahan perilaku, perubahan sikap atau bahkan perubahan kebiasaan dari para petani,” ungkapnya Rektor UGM, usai bertemu dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta Jumat 08 Maret 2024.
Advertisement
Ova mengatakan, UGM berupaya membuatkan konsep tentang hal-hal yang paling dasar yang harus diubah dari pola pikir masyarakat agraris DIY. Sebab manusia harus berkembang selain teknologi agar menjadi masyarakat maju.
Advertisement
Baca Juga
“Pertemuan ini baru pertemuan pertama untuk membahas upaya mengubah mindset petani kita. Selanjutnya akan kita lihat hulu hilirnya dulu dan seperti apa ekosistem perubahan yang diinginkan. Setelah jadi nantinya pun akan didiskusikan kembali,” katanya.
Dekan Fakultas Filsafat UGM, Siti Murtiningsih mengatakan, terkait transisi mengubah pola pikir masyarakat agraria menuju industri Sultan HB X menginginkan perubahan yang paling fundamental. Perkembangan dunia industri saat ini, seluruh pihak harus menyadari besarnya potensi sumber daya manusia yang ada.
“Kita punya modal besar, termasuk yang berkenaan dengan cara pandang dari yang paling dasar, cara pandang manusia DIY dalam menyikapi hidup. Dan petani merupakan representasi dari kita semua. Inilah sebenarnya pondasi berkelanjutan untuk transformasi masyarakat agraris menjadi industri,” imbuhnya.
Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono menekankan tentang rencana Pemda DIY dalam mengubah pola pikir masyarakat DIY jangan diartikan sebagai rencana mengubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Menurutnya poin penting adalah mengubah pola pikir masyarakatnya, sehingga meski masih berprofesi sebagai petani, masyarakat DIY mampu mengembangkan pertaniannya lebih dari sekedar konsumtif saja.
“Pola pikir masyarakat DIY harus bertransisi dari agraria menjadi industrial. Pola pikir agraria itu lebih cenderung ke ‘dalam’, sedangkan industrial berarti kita berkeinginan untuk berpikir ‘keluar’, memenuhi kebutuhan sendiri dan mendapat keuntungan lebih dari usaha yang dilakukan,” jelasnya.
Beny mengatakan, DIY melalui program Lumbung Mataraman masyarakat pelaku program Lumbung Mataraman mayoritas menanam atau beternak sifatnya untuk konsumsi mereka sendiri. Ke depannya, masyarakat itu harus mampu meningkatkan kualitas agar dapat bersaing, dan dapat menjadi komoditas.
“Itu semua tentu memerlukan mindset yang berubah. Hal inilah yang nanti akan didesain bersama-sama dengan UGM sebagai pihak yang mempunyai riset soal perubahan pola pikir dan sikap masyarakat. Semua ini arahnya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.