Umur Batu Bara Indonesia Cuma Bisa Bertahan 51 Tahun, Lalu...

Indonesia saat ini menjadi salah satu negara produsen dan pengekspor batubara terbesar di dunia. Namun berapa umur cadangan batubara di Indonesia?

oleh Yanuar H diperbarui 27 Mei 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2024, 14:00 WIB
Geliat Bongkar Muat Batu Bara di Tengah Larangan Ekspor
Pekerja saat menyelesaikan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan PT KCN Marunda, Jakarta Utara, Rabu (5/1/2022). Kebijakan itu diambil setelah mengetahui bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) mengalami krisis pasokan batubara hingga akhir 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Yogyakarta - Data enam tahun terakhir menunjukkan secara konsisten, Indonesia masih menjadi negara eksportir batu bara dengan jumlah lebih dari 300 juta ton tiap tahunnya. Pada tahun 2022, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai 127,90 triliun atau 301,88% dari rencana penerimaan tahun 2022. 

"Dengan mayoritas atau sekitar 70-80% PNBP tersebut berasal dari pertambangan batu bara," katanya di ruang Balai Senat UGM Selasa 14 Mei 2024.  

Ferian Anggara dalam pidato pengukuhan yang berjudul Peningkatan nilai tambah batu bara untuk mendukung kemandirian pemanfaatan sumberdaya bumi Indonesia, mengatakan Indonesia masih menjadi negara eksportir dengan jumlah lebih dari 300 juta ton tiap tahunnya.  Ia mempertimbangkan data cadangan batu bara pada tahun 2022 sebesar 35,05 miliar ton dan tingkat produksi batu bara pada tahun yang sama sebesar 687,43 juta ton.

 

"Maka umur cadangan batubara Indonesia diproyeksikan dapat bertahan hingga 51 tahun atau sampai dengan tahun 2073," katanya.

Saat ini batubara masih menjadi sumber energi listrik di Indonesia dengan presentasi mendekati 50%. Pemerintah pun memiliki Program Peningkatan Nilai Tambah (PNT) batubara dengan berbagai opsinya sebagai bentuk meningkatkan ketahanan energi nasional, sebagaimana yang diatur dalam UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi.

“PNT batubara pada sektor metalurgi, pertanian, konstruksi, dan berbagai bidang lainnya diharapkan dapat mendukung implementasi konsep total extraction dan circular economy dalam pemanfaatan sumber daya di Indonesia. Akhirnya, kita sebagai bangsa, tetap dapat memanfaatkan sumber daya yang kita miliki dengan berkelanjutan,” ucap Ferian. 

Ferian mengaku sejak lulus sarjana hingga menjadi dosen ia konsisten melakukan riset terkait batubara. Ferian juga mengucapkan terima kasih kepada stakeholder terkait yang telah mendukung penelitian terkait PNT batubara.

“Saya sangat mengapresiasi kontribusi seluruh pihak dalam mendukung penelitian kami baik dari institusi pemerintah, swasta, lembaga riset, dan perguruan tinggi dalam dan luar negeri,” tuturnya.

Ketua Dewan Guru Besar UGM, Mochammad Maksum, menyebutkan Ferian Anggara, merupakan salah satu dari 76 Guru Besar aktif dari 102 Guru Besar yang pernah ada di Fakultas Teknik UGM.  Ferian Anggara juga menjadi Guru Besar termuda di Teknik Geologi di usia 40 tahun.

Simak Video Pilihan Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya