Bahan Bacaan Fisik Masih Penting, Begini Upaya Memangkas Kesenjangan Buku di Jabar

Kondisi darurat literasi yang terjadi di Indonesia bukan karena rendahnya budaya baca melainkan ketiadaan buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan minar baca masyarakatnya.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 26 Jun 2024, 05:44 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2024, 05:44 WIB
Pj Gubernur Jabar
Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Bandung - Program bantuan buku bagi 10 ribu ruang baca di perpustakaan desa maupun taman baca masyarakat (TBM) menunjukkan bukti manfaat kehadiran negara di tengah masyarakat. Kondisi darurat literasi yang terjadi di Indonesia bukan karena rendahnya budaya baca melainkan ketiadaan buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan minat baca masyarakat.

"Bahkan, Komisi X DPR RI kala itu sampai membentuk Panja untuk melihat kondisi literasi Indonesia yang kesimpulannya dinyatakan Indonesia menghadapi kondisi darurat literasi," terang Plt Kepala Perpustakaan Nasional E Aminudin Aziz pada sosialisasi program Gerakan Indonesia Membaca di Bandung, Selasa (25/6/2024).

Ketika ketiadaan buku bacaan menjadi masalah utama, lanjut Amin, Perpusnas mencoba mensinkronkan dengan program yang sudah dirintis oleh Kemendikbudristek melalui penyediaan buku-buku bacaan untuk anak-anak jenjang PAUD dan SD.

"Mereka harus dicekoki dengan kebiasaan membaca yang benar. Karena kegemaran membaca harus dibangun sejak usia dini," tambahnya.

Kemajuan internet memang mengubah kebiasaan membaca masyarakat. Mereka lebih suka dengan teks bacaan yang pendek. Ketika diberikan teks panjang malah jadi malas. Pun dengan kehadiran dunia digital, sehingga muncul opini mengapa tetap harus mencetak buku?

Menanggapi hal tersebut, Amin justru menegaskan bahwa kemampuan meningkatkan literasi sesungguhnya dibangun ketika membaca buku secara fisik. Kerileksan fisik akan jauh lebih tenang daripada harus berlelah-lelah melihat layar ketika membaca buku digital. Sentuhan tangan pada kertas memberikan dampak yang psikologis.

"Oleh karena itu, hingga saat ini Perpusnas dan Kemendikbudristek tidak pernah sekalian pun berpikir menghentikan program cetak buku karena buku memegang peran yang jauh lebih penting dan signifikan dibanding membaca di gawai," ungkapnya.

 

Pj Gubernur Jabar Akui Ketersediaan Buku Masih Kurang

Pada kesempatan yang sama, Plt Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, mengakui apa yang disampaikan Plt Kepala Perpusnas. Kondisi darurat literasi pun juga dirasakan pihaknya akibat ketersediaan buku yang masih kurang. Oleh karena itu Pemprov Jawa Barat mendukung penuh Gerakan Indonesia Membaca milik Perpusnas.

Dari bantuan 10 ribu perpustakaan desa atau TBM, provinsi Jawa Barat mendapatkan 713 desa. Bey menganggap upaya ini merupakan ikhtiar bersama untuk meningkatkan literasi masyarakat sebagai modal pembangunan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya