Januari-Juni 2024: Kota Bandung Catatkan 4.800 Kasus TBC

Peningkatan penanganan penyakit TBC diaku akan dimaksimalkan Pemerintah Kota Bandung, dari mulai pencegahan, pemberian obat hingga pendampingan dan sosialisasi.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 11 Jul 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2024, 14:00 WIB
Antusias Warga Mengikuti Skrinning Penyakit TBC
Petugas mengecek hasil ronsen mobile X-Ray Artificial Intelligence saat kegiatan skrining penyakit tuberkulosis (TBC) di Kantor Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Kota Bandung mencatat ada sebanyak 4.800 kasus TBC atau Tuberkolosis di Kota Bandung pada periode Januari-Juni 2024. Peningkatan penanganan penyakit TBC pun diaku akan dimaksimalkan pemerintah kota.

Lewat keterangan pers di Bandung, Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono menyampaikan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait telah diberi arahan khusus, antara lain untuk memastikan data secara realtime terus terupdate, sehingga dapat dijadikan bahan analisis.

Menurut Bambang, OPD terkait harus dapat berkolaborasi dengan banyak pihak agar bisa menekan pertumbuhan kasus, dari mulai memastikan kelancaan penanganan obat bagi penderita hingga aspek pencegahan.

"Konteks ini harus dilakukan, kolaborasi antar dinas dan kewilayahan. Kita bisa melakukan pencegahan dengan terus meng-update data secara real time. Saya minta Sekda untuk melakukan koordinasi dengan baik terkait pencegahan," katanya.

"Kita terus melakukan pencegahan. Mulai dari sanitasi hingga pola hidup bersih dan sehat terus disosialisasikan," imbuhnya.

Pendampingan

Hal lain yang juga mesti diperhatikan, kata Bambang, adalah terkait jadwal pendampingan. Para petugas pendamping harus dapat terjadwal dengan baik. Misalnya, puskesmas dibantu jajaran kewilayahan untuk memastikan obat yang diberikan dikonsumsi dengan tepat waktu.

Kader kesehatan di tingkat puskesmas diminta untuk memantau kondisi penderita secara langsung ke lapangan, serta secara rutin melakukan sosialisasi mengenai bahaya TBC.

Dengan begitu, data kasus pun bisa terekam dan ter-update lebih maksimal menjadi data spasial, by name by address.

"Sehingga camat, lurah, RT dan RW itu mudah untuk melakukan monitoring sebagai upaya intervensi," ujar Bambang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Berapa Jumlah yang Sembuh?

Asisten Pemerintahan dan Kesra, Asep Saeful Gufron menyampaikan, kasus dari awal tahun 2024 ini mencapai 4.800 hingga bulan Juni 2024. Kendati demikian, jika dilakukan upaya secara masif terdapat hasil yang signifikan dalam penyembuhan yang terkena TBC.

"Kasus itu 4.800 mulai Januari - Juni 2024. Maka perlu pemetaan warga yang terkena TBC ini. Jika orang yang terkena TBC sudah dengan baik melakukan upaya penyembuhan maka minimal bulan Juli ini menurun kasusnya," ungkapnya.

Agar lebih sesuai target pemberian pelayanan soal TBC ini, ia katakan butuh pemetaan hingga data yang update. Pemerintah terus berupaya memberikan pelayanan yang maksimal soal kesehatan ini.

"Permasalahan saat ini, berapa data yang sembuh dari 4.800 kasus ini? Karena penyembuhan selama 6 bulan, pastinya minggu pertama Juli harus terkoordinasi hasilnya," ungkap Asep.

"Tinggal sepakat, bahwa kita satu data. Manakala berapa data? Kita lihat Diskominfo. Kalau seandainya betul diketahui (data), tinggal petakan dan kordinasi dengan camat. TBC ini obatnya gratis diberikan kepada masyarakat," tambahahnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, berbagai upaya tengah dilakukan oleh para kader baik puskesmas maupun petugas kesehatan.

"Kita terus berupaya untuk melayani masyarakat yang terkena kasus ini. Soal data kita pun akan berkoordinasi dengan Diskominfo," ungkapnya.


Mengenal Penyakit TBC

Penyebab TBC atau Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang masuk ke tubuh melalui pernapasan. Bakteri ini dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi TB paru (paru-paru) yang melepaskan Mtb ke udara melalui batuk, bersin, atau meludah.

Tuberkulosis atau TBC menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia. Jumlah penderita infeksi serius yang mempengaruhi paru-paru ini jumlahnya makin bertambah. WHO menemukan 10,4 juta kasus baru pada tahun 2016 dan 1,7 juta kematian akibat TBC. 

Penyebab TBC dapat dihindari dengan tindakan pencegahan dan pola hidup sehat. Meskipun tuberkulosis menular, penyakit ini tak lantas mudah menular begitu saja. Mengenali berbagai penyebabnya serta cara pencegahan yang tepat dapat membuatmu terhindari dari penyakit ini.

Orang-orang yang berisiko terkena TBC:

- Orang dengan HIV/AID,

- Pecandu narkoba dan alkohol,

- Orang yang tinggal di daerah padat penduduk dan panti jompo,

- Orang yang sering berkontak dengan penderita TBC,

- Tenaga medis, dan

- Turis yang datang ke Negara dengan angka kasus TBC yang tinggi.

 

Kenali Gejala TBC

Kamu perlu mengenali gejala TBC, maka kamu akan lebih sadar terhadap diri sendiri. Artinya, saat menemukan gejala yang mirip, kamu akan segera memeriksakan diri ke dokter sehingga dapat ditangani dengan cepat. Selain itu, kamu dapat lebih waspada terhadap mereka yang kamu curigai menderita TBC.

Lakukan Vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG)

Vaksin BCG dapat melindungi anak-anak maupun orang dewasa dari tuberculosis, dan telah masuk dalam imunisasi wajib oleh pemerintah. Untuk anak-anak, lakukan imunisasi sesuai jadwal untuk mencegah TBC pada kemudian hari.

Lakukan Tes Lebih Dini

Kalau kamu merasa mengalami gejala TBC, jangan ragu untuk melakukan tes agar dapat terdiagnosis secara dini. Hal ini akan membantu tenaga medis untuk mengobati kamu dengan hasil yang lebih efektif. Tes yang dimaksud adalah tes dahak, tes kulit tuberculin, dan tes rontgen paru.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya