Remaja Rentan Terkena Hoaks, Liputan6.com Gelar Edukasi Cek Fakta untuk Pelajar

Data Kemenetrian Kominfo, di akhir tahun 2016 ada 800 ribu situs yang terindikasi menyebarkan hoax dan ujaran kebencian. Hoaks banyak disebar terutama melalui media sosial.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 12 Okt 2024, 21:06 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2024, 20:51 WIB
Kampanye anti hoaks Liputan6.com.
Kampanye anti hoaks Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta - Remaja di Indonesia saat ini menjadi kelompok yang paling rentan terkena hoaks. Selain menjadi korban konsumsi Hoaks atau berita bohong, biasanya remaja juga rentan untuk ikut menjadi penyebar berita hoaks melalui berbagai macam media sosial.

Data Kementerian Kominfo, di akhir tahun 2016 ada 800 ribu situs yang terindikasi menyebarkan hoax dan ujaran kebencian. Hoaks banyak disebar terutama melalui media sosial. Berdasarkan hasil survei dari Perusahaan Riset We Are Social di tahun 2017, 18 % pengguna media sosial berusia 13 -17 tahun, yang merupakan usia pelajar.

Menyadari rentannya pelajar menjadi target konsumen berita bohong atau hoaks. Liputan6.com aktif mengkampanyekan perangi hoaks lewat program Ceck Fakta.

Pada Rabu 9 Oktober 2024 Liputan6.com kembali melakukan aktivitas sosialisasi "Kampanye Ceck Fakta" di SMP Islam Al Mujahidin Pamulang, Tangerang Selatan.

Acara yang diikuti puluhan murid ini diapresiasi oleh Kepala Sekolah SMP Islam Al Mujahidin Pamulang, Tangerang Selatan, sebagai kegiatan yang sangat positif dalam memerangi berita hoaks yang belum tentu kebenarannya.

Menurut Kepala Sekolah di SMP yang berdiri sejak tahun 2012 ini, berita hoaks kini mudah dikonsumsi karena sebagian besar remaja sudah memiliki handphone pribadi yang memungkinkan mereka mengakses informasi yang tidak benar yang nyaris tanpa filter.

Kepala Sekolah juga mengharapkan kampanye hoaks seperti ini lebih sering diadakan dengan tema kegiatan yang menarik dan sasaran utamanya lebih kepada pelajar, agar mereka lebih memahami berita-berita yang sering beredar di platform digital dan bagaimana cara mereka beretika di media sosial agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang berhubungan dengan berita hoax.

Hal senada juga diungkap salah seorang guru di SMP Islam Al Mujahidin Pamulang , Wulandari.  Menurutnya kampanye hoaks sangat bermanfaat terutama di kalangan pelajar karena dapat membuka wawasan tentang hoax dan berbagai jenis hoaks dan juga cara menyikapinya.

Wulandari juga mendukung kegiatan hoaks agar lebih sering diadakan di sekolah-sekolah untuk menjaga moral anak bangsa dari degradasi moral namun bentuk penyampaiannya bisa dikemas dengan kegiatan aktif yang menarik dan mudah dicerna oleh pelajar. Penyebaran hoaks memang terjadi karena ketidaktelitian masyarakat dalam menerima informasi yang beredar luas.

Namun, ancaman hoaks juga tidak bisa disepelekan begitu saja karena sesuatu yang dianggap viral seringkali dengan mudah bisa mempengaruhi aturan-aturan, norma dan budaya yang ada di negeri ini.

Adapula akibat lain yang bersifat jangka panjang yang mesti diantisipasi dari penyebarannya, khususnya oleh kalangan orang tua karena hoaks bekerja dengan cara mengeksploitasi sisi psikologis manusia yang bisa menimbulkan keresahan, kecemasan, hilangnya penghormatan, bahkan berpotensi memicu pertikaian dan perpecahan di masyarakat.

Oleh sebab itu diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak terkait untuk memberantas dampak hoax terutama dikalangan remaja usia sekolah.

Penulis: Pegiat Cek Fakta Liputan6.com Indarti Bahtiar 

.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya