Mengenal Keunikan Tiwul, Kuliner Tradisional Pengganti Nasi

Singkong yang sudah dikupas dan dicuci, dijemur hingga kering, lalu ditumbuk hingga halus untuk menjadi tepung kasava

oleh Panji Prayitno diperbarui 17 Nov 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2024, 15:00 WIB
Mengenal Keunikan Tiwul, Kuliner Tradisional Pengganti Nasi
Nasi tiwul alias nasi oyek, sumber kalori pengganti nari beras. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta Tiwul adalah salah satu kuliner tradisional khas Indonesia yang berasal dari kawasan Gunung Kidul di Yogyakarta serta beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tiwul terbuat dari bahan dasar singkong yang diolah menjadi tepung kasava atau tepung gaplek (singkong kering). Awalnya, tiwul dikenal sebagai makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan hasil padi.

Sebelum mengenal sistem pertanian modern, tanah di daerah pegunungan kapur seperti Gunung Kidul sering kali tidak subur untuk ditanami padi. Sehingga masyarakat berinovasi dengan menggunakan singkong sebagai alternatif makanan pokok.

Proses pembuatan tiwul dimulai dari pengolahan singkong menjadi tepung gaplek. Singkong yang sudah dikupas dan dicuci, dijemur hingga kering, lalu ditumbuk hingga halus untuk menjadi tepung kasava.

Tepung ini kemudian diberi sedikit air agar bisa dibentuk menjadi butiran-butiran kecil, mirip seperti nasi, sebelum dikukus hingga matang. Hasilnya adalah tekstur yang kenyal dan sedikit manis karena singkong secara alami mengandung gula.

Pada zaman dahulu, tiwul sering kali dimakan tanpa tambahan lauk karena keterbatasan bahan makanan, namun kini tiwul disajikan dengan berbagai lauk pauk, seperti sayur lodeh, ikan asin, tempe, atau bahkan gula kelapa sebagai pemanis tambahan.

Seiring perkembangan zaman, tiwul yang dulunya dianggap sebagai makanan sederhana kini semakin populer sebagai makanan khas yang unik dan bergizi. Banyak orang mulai menghargai nilai historis dan budaya di balik makanan ini, sehingga tiwul mulai dipromosikan sebagai kuliner tradisional yang memiliki nilai lokal.

Karbohidrat Kompleks

Bahkan, di berbagai restoran atau tempat makan tradisional di Yogyakarta dan daerah Jawa lainnya, tiwul disajikan dengan variasi modern, seperti ditambahkan rasa pandan, coklat, atau keju, untuk menarik perhatian generasi muda dan wisatawan.

Selain memiliki nilai budaya, tiwul juga diketahui memiliki beberapa manfaat kesehatan. Tiwul rendah lemak dan tinggi serat karena berasal dari singkong yang kaya akan serat alami.

Kandungan serat ini baik untuk pencernaan, sehingga tiwul sering kali menjadi alternatif makanan pokok bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi nasi putih.

Tiwul juga mengandung karbohidrat kompleks, energi yang dihasilkan akan dilepaskan secara perlahan ke dalam tubuh, membuatnya cocok untuk mereka yang ingin memiliki energi tahan lama sepanjang hari.

Meskipun sederhana, tiwul menjadi bukti bahwa makanan tradisional Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan dan diapresiasi dalam konteks modern.

 

Penulis: Blvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya