Resik Kagungan, Masyarakat Cungking Banyuwangi Teguh Jaga Tradisi Leluhur

Di tengah hiruk pikuk zaman modern, masyarakat Cungking Banyuwangi, tetap teguh memegang tradisi leluhurnya. Salah satu ritual yang paling sakral adalah Resik Kagungan yang dilaksanakan dengan khidmat pada Minggu siang (12/01/2025).

oleh Hermawan Arifianto Diperbarui 17 Jan 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 00:00 WIB
Ritual sakral Resik Kagungan yang dilaksanakan masyarakat Lingkungan Cungking Kelurahan Mojopangung, Banyuwangi (Istimewa)
Ritual sakral Resik Kagungan yang dilaksanakan masyarakat Lingkungan Cungking Kelurahan Mojopangung, Banyuwangi (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Banyuwangi - Di tengah hiruk pikuk zaman modern, masyarakat Cungking Banyuwangi, tetap teguh memegang tradisi leluhurnya. Salah satu ritual yang paling sakral adalah Resik Kagungan yang dilaksanakan dengan khidmat pada Minggu siang (12/01/2025). Resik Kagungan merupakan sebuah prosesi pembersihan pusaka peninggalan Buyut Cungking yang digelar setiap bulan Rajab. 

Prosesi Resik Kagungan diawali dengan doa bersama dan menyantap jenang Pangapura sebagai simbol permohonan maaf kepada leluhur. Pusaka-pusaka peninggalan Buyut Cungking antara lain berupa Tombak, Keris Kagungan, Sangku, Layang, Sirip Ikan Agung, Endog Kebo, Krikil Swargo, Krikil Madinah, Tepung Gelang, dan Grito, dikeluarkan dari Tajug dengan penuh hormat.

Khusus untuk pusaka Tombak, pembersihan menggunakan bahan khusus yakni jeruk nipis, bubuk katul, dan serutan bambu. Sementara pusaka lain dibersihkan dengan air yang nantinya diperebutkan warga karena dipercaya membawa tuah. “Tombak ini pusaka Buyut Cungking yang spesial. Konon dulu terdapat dua tombak, satu dipegang Presiden Soekarno dan satu lagi di Cungking ini,” ungkap Jam'i, juru pelihara makam Buyut Cungking sembari membersihkan tombak. 

Ritual Resik Kagungan telah berlangsung turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Buyut Cungking atau Ki Wongso Karyo merupakan  tokoh yang sangat dihormati di kalangan masyarakat Cungking, dipercaya sebagai pendiri desa dan memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah tersebut.

Pusaka-pusaka yang dibersihkan dalam ritual ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan menjadi simbol kesatuan masyarakat. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, Resik Kagungan juga memiliki makna yang lebih dalam. Ritual ini dipercaya dapat membawa berkah, keselamatan, dan kesejahteraan bagi masyarakat Cungking. Proses pembersihan pusaka dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti jeruk nipis, katul dan bambu mengandung makna yang mendalam tentang penyucian diri dan penyucian benda-benda sakral.

Infografis Destinasi Wisata Urban
Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)... Selengkapnya

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya