Liputan6.com, Tanjung Pandan - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan dapat memasuki tren positif dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Kebijakan pemerintahan baru Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi penentu arah gerak IHSG.
Hal itu disampaikan Kepala Riset PT Mandiri Sekuritas, John Rachmat dalam acara media gathering PT Mandiri Sekuritas, Jumat (22/8/2014).
Menurut John, pergantian pemerintahan baru memberikan sentimen positif untuk pasar modal. Apalagi sosok presiden baru dinilai seorang pemimpin yang diharapkan dapat merombak budaya korupsi. Sentimen itu diharapkan dapat berdampak jangka 2-3 tahun ke laju IHSG.
Advertisement
"Indonesia ada harapan bull periode multi years. RI memilih pemimpin yang transformatif. Orang baru yang diharapkan dapat merombak korupsi," ujar John.
Penguatan indeks saham itu dapat terjadi bila pemerintahan baru dapat merealisasikan harapan pelaku pasar. Pertama, susunan kabinet pemerintahan Jokowi-JK. Menurut John, pelaku pasar menginginkan sosok menteri profesional di bidangnya apa pun latar belakang menteri tersebut.
"Pasar tak menginginkan lagi seperti politik dagang sapi di kabinet.Apapun latar belakangnya yang penting mengedepankan kompetensi," ujar John.
John mengakui, subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga menjadi tantangan berat untuk pemerintahan baru. Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015 mesti dirombak terutama subsidi energi salah satunya dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. Â
"RAPBN 2015 direvisi. Subsidi BBM dikurangi maka indeks saham akan melaju.Euforia berlanjut dampaknya 2-3 tahun," kata John.
Meski demikian, John mengingatkan, IHSG juga berpotensi koreksi pada Oktober 2014. Apalagi kalau harapan kabinet Jokowi-JK tidak sesuai pasar. Selain itu, bila bursa saham global terutama Amerika Serikat mengalami koreksi juga akan mengganggu laju IHSG.
"Pada pertengahan November ada mid term election. Bila hasilnya negatif ke bursa saham Amerika Serikat maka sehingga tidak mungkin IHSG positif," kata John.
John memperkirakan, IHSG akan berada di level terendah pada Oktober 2014. Menurut John, saat tersebut merupakan waktu tepat untuk akumulasi saham. Namun, IHSG dapat kembali menguat apabila data ekonomi Indonesia terutama defisit neraca transaksi berjalan akan membaik pada kuartal III.
"Target IHSG kami tetap mencapai 5.550 pada akhir 2014," ujar John.
IHSG harus ditutup melemah tipis 7,2 poin ke level 5.198 pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Pertumbuhan mencapai 21,64 persen secara year to date. penguatan indeks saham itu ditopang dari sektor saham properti naik 41,47 persen, sektor saham keuangan mendaki 28,22 persen, dan sektor saham infrastruktur naik 23 persen. (Ahm/)