Wall Street Ditutup Flat, Saham Lapis Dua Rebound

Bursa saham AS ditutup cenderung mendatar di tengah rebound-nya Indeks Russell 2000 yang memuat saham-saham lapis dua.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 03 Okt 2014, 04:53 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2014, 04:53 WIB
Wall Street
(Foto: Forbes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup cenderung mendatar di tengah rebound-nya Indeks Russell 2000 yang memuat saham-saham lapis dua, mengakhiri penurunan selama tiga hari berturut-turut.

Dilansir Bloomberg, Jumat (3/10/2014), indeks Russell 2000 menguat 1 persen pada penutupan perdagangan di New York. Angka ini terbesar sejak 18 Agustus, setelah aksi jual 1,5 persen pada perdagangan kemarin.

Indeks S&P 500 sedikit berubah di level 1.946,17, menghapus kerugian 1 persen sebelumnya. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 3,66 poin, atau kurang dari 0,1 persen ke 16.801,05. Sekitar 7,7 miliar saham berpindah tangan di Bursa AS, 35 persen lebih tinggi dari rata-rata tiga bulan.

Harga saham AutoNation Inc naik 6,1 persen merespons keputusan Warren Buffett yang menyetujui Berkshire Hathaway Inc untuk membeli Van Tuyl Group, grup dealer otomotif swasta terbesar di AS. Tesla Motors Inc naik 4,7 persen setelah produsen mobil listrik itu mengatakan akan memperkenalkan produk baru minggu depan. Twitter Inc naik 3,6 persen setelah JPMorgan Chase & Co menaikkan rekomendasi saham.

Saham anjlok pekan ini di tengah tanda-tanda pelemahan ekonomi di Eropa dan gejolak geopolitik karena Bank Sentral AS atau Federal Reserve bakal mengakhiri program pembelian obligasi bulan ini.

Investor khawatir bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari prediksi. Namun, laporan tenaga kerja yang dirilis besok akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kesehatan perekonomian AS.

Survei Bloomberg memprediksi tingkat pengangguran mungkin berada di level 6,1 persen. Data hari ini menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan aplikasi untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun pada minggu lalu, ini menjadi sinyal positif bagi pasar kerja AS. (Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya