Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini aliran modal asing masuk (capital inflow) dalam jumlah besar bakal membanjiri pasar modal Indonesia. Derasnya capital inflow ini diyakini terjadi dalam waktu dekat.
Kepala Divisi Riset BEI, Poltak Hotradero mengatakan, saat ini Indonesia dalam penilaian lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) yang bakal rilis April 2016. Menurutnya, rating Indonesia berpeluang dinaikkan menjadi investment grade.
Baca Juga
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan, peringkat tersebut penting karena Indonesia diganjar peringkat investment grade terakhir kali pada Oktober 1997. "Penting karena naik pangkat. Terakhir kali kita masuk Oktober 1997, jadi jauh sekali," kata dia di Jakarta, Jumat (26/2/2016).
Kesempatan emas ini, kata Poltak, diraih Indonesia saat negara berkembang (emerging market) lain mengalami masalah. Sebut saja Brasil yang sekarang ini mencatatkan penurunan peringkat lantaran beragam masalah, seperti anjloknya pertumbuhan ekonomi dan skandal korupsi.
Padahal Brasil merupakan negara berkembang yang besar. Turunnya perekonomian Brasil membuat para pemodal kini mencari negara berkembang lain untuk memindahkan modalnya, salah satunya menuju Indonesia.
"Ini yang akan ditunggu pasar modal, kalau terjadi flow signifikan memanfaatkan momentum. Hal ini juga akan membantu dalam pembiayaan, akan membuat tingkat suku bunga, yield SUN turun lebih rendah lagi, tingkat suku bunga lebih bersahabat untuk bisnis. Dengan itu bisa mendorong perekonomian," jelasnya.
Sementara itu, BEI mempersiapkan produk-produk teranyar guna menampung aliran modal tersebut. BEI telah meluncurkan kembali produk derivatif Kontrak Berjangka Berbasis Indeks Efek (KBIE), yakni Kontrak Berjangka Indeks LQ45 Futures.
Dalam waktu dekat, BEI juga akan meluncurkan produk lain berupa Government Bond Futures. "Di BEI kita siapkan instrumen baru, sarana lindung nilai hedging sudah ada indeks futures atas LQ45. Sebentar lagi mudah-mudahan Juni-Juli ini, kita luncurkan atas kontrak goverment bond. Bond sedemikian banyak orang melakukan hedging," ujar Poltak. (Amd/Fik/Ndw)