Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap bertahan di zona merah pada perdagangan saham Senin pekan ini. Tekanan bursa saham regional dan libur dua hari selama pekan ini mempengaruhi laju IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (2/5/2016), IHSG melemah 30,26 poin atau 0,63 persen ke level 4.808,31. Indeks saham LQ45 turun 0,71 persen ke level 826,62. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Ada sebanyak 192 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 135 saham menghijau sehingga menahan pelemahan IHSG. 73 saham lainnya diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 4.835,52 dan terendah 4.770,55.
Advertisement
Â
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 184.427 kali dengan volume perdagangan saham 4,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,1 triliun.
Investor asing mencatatkan aksi jual sekitar Rp 537 miliar. Pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 500 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.173.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham barang konsumsi naik 0,42 persen. Sektor saham infrastruktur susut 2,3 persen, dan mencatatkan pelemahan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi melemah 1,51 persen dan sektor saham industri dasar merosot 1,45 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan dan penggerak indeks saham antara lain saham TIRT naik 35 persen ke level Rp 108 per saham, saham GGRM mendaki 3,39 persen ke level Rp 71.600 per saham, dan saham UNVR menguat 1,59 persen ke level Rp 43.250 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham DOID melemah 9,59 persen ke level Rp 132 per saham, saham GIAA tergelincir 5,64 persen ke level Rp 418 per saham, dan saham BDMN merosot 3,04 persen ke level Rp 3.190 per saham.
Bursa saham Asia pun cenderung tertekan. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,80 persen ke level 1.978,15, indeks saham Jepang Nikkei melemah 3,11 persen ke level 16.147.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan tekanan IHSG terjadi lantaran pekan pendek karena ada libur dua hari. Selain itu, prediksi pertumbuhan ekonomi di bawah lima persen pada kuartal I.
"Selain itu ada laporan keuangan kuartal I yang tidak bagus," kata William saat dihubungi Liputan6.com.
Akan tetapi, William menilai, BPS melaporkan deflasi pada April menopang IHSG. Sentimen itu tidak membuat IHSG turun tajam sekali di awal pekan ini. (Ahm/Ndw)