Transaksi Saham Sido Muncul Capai Rp 6,7 Triliun di Pasar Nego

Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk ditransaksikan di level harga Rp 550 per saham pada Selasa pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Mar 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2017, 18:30 WIB
20151112--Investor-Summit-2015-Jakarta-AY
Pekerja menunjukan data pasar modal saat pameran Investor Summit 2015 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/11/2015). Investor Summit diselengarakan sebagai upaya agar masyarakat Indonesia paham tentang pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencapai Rp 6,7 triliun di pasar negosiasi pada perdagangan saham Selasa (14/3/2017).

Transaksi saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk yang besar tersebut mendorong transaksi harian saham mencapai Rp 13,5 triliun. Berdasarkan data RTI, saham SIDO ditransaksikan di harga Rp 550 per saham dengan frekuensi perdagangan 6 kali. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 6,7 triliun di pasar negosiasi. Harga saham SIDO cenderung stagnan di pasar negosiasi.

Kemungkinan transaksi saham SIDO itu difasilitasi oleh PT BCA Sekuritas. Tercatat transaksi saham PT BCA Sekuritas mencapai Rp 13,4 triliun.

"Tidak ada perubahan pemegang saham, ini pemegang saham yang sama. Saham yang dimiliki dijadikan satu di PT Kandi Baru. Supaya lebih satu kesatuan saja," ujar Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Irwan Hidayat saat dihubungi Liputan6.com.

Seperti diketahui, pemegang saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk antara lain masyarakat kurang dari lima persen ebesar 18,2 persen, Ny Desy Sulistio Hidajat sebesar 40,5 persen, saham treasury sebesar 0,8 persen.

Selain itu, pemegang saham lainnya yaitu Irwan Hidayat, Jonatha Sofjan Hidajat, Johan Hidayat, Sandra Linata Hidajat, David Hidayat.

Hingga September 2016, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk membukukan kenaikan 14,60 persen menjadi Rp 1,89 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,65 triliun.

Kenaikan penjualan mendorong laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 7,9 persen menjadi Rp 351,92 miliar hingga kuartal III 2016.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya