IHSG Merosot 0,84 Persen, Investor Asing Lepas Saham BBRI dan BBCA

Surplus neraca dagang belum sesuai harapan pasar menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama Jumat, 15 Januari 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 15 Jan 2021, 12:03 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2021, 12:03 WIB
IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja duduk di depan layar grafik pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham, Jumat, (15/1/2021).

Surplus neraca dagang Indonesia lebih rendah dari harapan pasar dinilai menjadi sentimen negatif untuk IHSG dan investor asing lepas saham pada sesi pertama.

Mengutip data RTI, pada penutupan sesi pertama, IHSG merosot 0,84 persen atau 53,68 poin ke posisi 6.374,63. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,28 persen ke posisi 989,,58. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Sebanyak 147 saham menguat. Sementara itu, 308 saham melemah sehingga IHSG tertekan. 155 saham diam di tempat. Total volume perdagangan 16,2 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 13,8 triliun. Investor asing jual saham di pasar reguler Rp 107,73 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.049.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor konstruksi naik 0,20 persen. Sektor saham aneka industri merosot 1,34 persen, dan catat pelemahan terbesar. Diikuti sektor saham keuangan turun 1,27 persen dan sektor saham pertanian melemah 1,06 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Gerak Saham

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di tengah pelemahan IHSG, saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DGNS naik 35 persen ke posisi Rp 270, saham KIOS melonjak 24,66 persen ke posisi Rp 364 per saham, dan saham DCII mendaki 24,56 persen ke posisi Rp 2.460 per saham.

Sedangkan saham-saham yang merosot tajam atau top losers antara lain saham PEHA turun 6,99 persen, saham IRRA tergelincir 6,85 persen ke posisi Rp 2.990 per saham, dan saham ECII susut 6,85 persen ke posisi Rp 1.020 per saham.

Aksi Investor Asing

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, investor asing beli saham ARTO Rp 61,6 miliar, KLBF senilai Rp 48,4 miliar, dan TLKM sebanyak Rp 24,2 miliar.

Sedangkan saham-saham yang dilepas asing antara lain saham BBRI Rp 89,3 miliar, BBCA senilai Rp 32,5 miliar, dan BFIN sebanyak Rp 22 miliar.

 

Rilis Neraca Dagang

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pelemahan IHSG didorong surplus neraca dagang Indonesia lebih rendah dari haapan pasar.

"Impeachment Trump dan market menanti pelaksanaan vaksinasi massal,” kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2020 mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Surplus tersebut berasal dari ekspor dan impor pada bulan lalu.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Desember 2020, nilai ekspor tercatat USD 16,54 miliar, tumbuh 14,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bulan sebelumnya, ekspor tumbuh 9,54 persen.

"Banyak komoditas yang mengalami penigkatan harga seperti batu bara, minyak kernel, minyak kelapa sawit, tembaga, dan aluminium. Peningkatan harga ini akan berpengaruh besar kepada nilai ekspor pada Desember 2020," ujarnya, Jumat (15/1/2021).

Sementara itu nilai impor Indonesia pada Desember tercatat USD 14,44 miliar. Apabila dibandingkan dengan November 2020, impor tersebut mengalami kenaikan sebesar 14 persen.

"Meskipun secara year on year nilai impor pada Desember 2020 ini turun tipis sekali 0,47 persen. Secara month to month kenaikan impor 14 persen terjadi karena adanya kenaikan impor migas dan non migas," papar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya