Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mencatat kinerja positif selama 100 hari pemerintahan Joe Biden. Bahkan kinerja pasar saham terkuat sejak 1961 terkait 100 hari pemerintahan baru.
Indeks saham S&P 500 naik 8,6 persen sejak pasar tutup pada 20 Januari 2021, hari terakhir kepresidenan Trump. Hal itu artinya dalam 100 hari pemerintahan Presiden AS Joe Biden, kinerja pasar saham terkuat selama 100 hari pertama presiden baru sejak John F.Kennedy (JFK) pada 1961, hal itu berdasarkan CFRA Research.
Pada Jumat, 30 April 2021 menandai hari ke-100 Biden, tidak termasuk hari pelantikan. Presiden mendapatkan lebih banyak pujian dan kesalahan dari pada yang pantas mereka dapatkan dalam hal kinerja pasar saham.
Advertisement
Baca Juga
Namun, pencapaian bersejarah di awal era Biden menambah rasa optimisme tentang pemulihan ekonomi AS dari pandemi COVID-19. Selain itu, pencapaian ini sekali dalam satu abad.
"Jika pasar saham merupakan indikasi, wall street tampaknya menyetujui upaya Presiden Biden untuk menahan krisis COVID-19 dan meransang ekonomi, “ ujar CFRA Chief Investment Strategist, Sam Stovall, dilansir dari CNN, ditulis Sabtu, (1/5/2021).
Hal ini semakin mengejutkan karena mantan Presiden AS Donald Trump yang memandang Dow sebagai barometer kesuksesannya berulang kali memperingatkan selama kampanye 2020, pasar saham merosot jika orang AS gagal kembali memilihnya.
Antara Agustus dan Oktober, Trump mengunggah cuitan di Twitter yang mengatakan pasar akan langsung “ambruk” jika Biden terpilih.
"Saya tidak yakin presiden bisa menjadi analis pasar yang sangat baik, bukan hanya Trump," ujar Vice President of Trading and Derivatives Charles Schwab, Randy Frederick.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kondisi Pasar Saham Salah Satu Indikator Ekonomi
Pasar saham AS pulih dari pandemi jauh sebelum pemilihan, didorong oleh dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari the Federal Reserve dan Kongres. Pasar mengumpulkan momentum musim gugur lalu karena scenario kekacauan pemilu yang mengerikan dihindari.
Di sisi lain, wall street juga menyambut baik pengumuman terobosan vaksin pada November 2020 yang membantu mendorong bulan terbaik untuk Dow Jones sejak Januari 1987.
Presiden tidak memiliki banyak kendali atas kinerja pasar saham. Akan tetapi jika ada, Chief Market Strategist LPL Ryan Detrick menyatakan, seseorang suka dan tidak suka kebijakan Biden tetapi pasar saham mengatakan segalanya menjadi lebih baik.
"Kami pikir itu berarti, apakah Anda menyukai kebijakan Joe Biden atau tidak, pasar saham mengatakan segalanya menjadi lebih baik,” ujar Ryan dikutip dari Fortune.
Pasar belum tentu menjadi ukuran baik untuk mengukur kesehatan ekonomi, dan ekonomi yang diwarisi Biden masih terus berusaha untuk kembali sehat.
Akan tetapi, Ryan menuturkan, pasar saham adalah indikator utama untuk ekonomi. “Dan dengan saham melakukan hal ini dengan baik dalam 100 hari terakhir,” ia menambahkan.
Memang ekonomi telah kembali bangkit. Ini ditunjukkan dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2021 yang tumbuh 6,4 persen dan musim laporan keuangan dimulai dengan awal yang kuat. Di sisi lain, pasar saham terus mencapai level tertinggi baru.
Saham terus menguat sepanjang 2021 juga didorong dari peluncuran program vaksinasi yang dipimpin Biden. Hal itu meningkatkan harapan untuk memulihkan ekonomi.
Pada saat yang sama, AS juga mengucurkan stimulus besar. Kongres mengesahkan rencana penyelamatan AS senilai USD 1,9 triliun dari Biden pada bulan lalu. Kemungkinan besar akan mengeluarkan triliunan lagi dalam pembelanjaan pada akhir tahun ini.
Sementara itu, the Federal Reserve terus mempertahankan kebijakan suku bunga rendah dan mengucurkan miliaran dolar AS untuk membeli obligasi bulanan.
Advertisement
Kekhawatiran Pasar
Reli pasar saham di era Biden terlihat semakin bersejarah jika diukur dari penutupan perdagangan pada 19 Januari 2021. Dengan ukuran itu, S&P 500 naik lebih dari 10 persen selama 100 hari pertama Biden sejak menjabat.Itu akan menandai keuntungan terkuat selama awal masa jabatan presiden.
Awal yang kuat untuk era Biden menambah jalannya kesuksesan pasar di bawah Presiden dari Partai Demokrat meski ada kekhawatiran pajak lebih tinggi.
"Ada kepercayaan di luar sana yang sama sekali tidak benar, bahwa pasar bekerja lebih baik di bawah Republik. Ini benar-benar salah," ujar Frederick.
Frederik menambahkan, sejak 1932, indeks saham S&P 500 naik 734 persen di bawah Partai Demokrat. Akan tetapi, hanya 370 persen selama masa jabatan pimpinan di bawah Partai Republik.
Meski demikian, kekhawatiran terbesar adalah inflasi meningkat drastis setelah bertahun-tahun mengalami kenaikan harga yang moderat. Selain dibukanya kembali ekonomi, stimulus moneter dan fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya akan menyebabkan harga melonjak.
Kekhawatiran lainnya adalah pajak yang lebih tinggi. Pasar sempat anjlok pekan lalu di tengah kekhawatiran atas pajak capital gain yang lebih tinggi untuk membiayai agenda ambisius Biden. Terlalu dini untuk mengetahui apakah tarif pajak itu akan naik dan seberapa banyak.
Biden telah menyerukan untuk menaikkan tarif pajak perusahaan dari level saat ini 21 persen menjadi 28 persen. Frederick mendesak investor untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap proposal kenaikan pajak. Ia menilai, pasar saham dapat positif dengan pajak perusahaan sedikit lebih tinggi.