Bursa Saham Taiwan Sempat Alami Kinerja Terburuk dalam Satu Hari, Ada Apa?

Indeks saham Taipei alami koreksi dalam, dan akhirnya mampu memangkas kerugian jelang penutupan perdagangan bursa saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Mei 2021, 23:46 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2021, 23:41 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hal menimbulkan ketakutan di bursa saham seperti margin call. Pada Rabu, 12 Mei 2021, ketakutan itu berubah menjadi kepanikan di Taiwan.

Hal tersebut memperingatkan dunia tentang apa yang terjadi ketika utang tak terkendali. Hari bursa dimulai dengan tenang di bursa saham Taipei. Namun, indeks saham acuan telah anjlok dalam kinerja satu hari dan merupakan terburuk dalam 54 tahun.

Ada alasan aksi jual di bursa saham. Hal itu didorong pandemi COVID-19 yang memburuk. Saham teknologi global yang tertekan juga merusak daya tarik pasar yang didominasi oleh industri tersebut. Namun, sentimen yang mendorong bursa saham Taipei tertekan sedang bermain.

Selama berbulan-bulan, sejumlah pihak yang skeptis kondisi pasar telah memperingatkan peningkatan leverage membuat bursa saham lebih berisiko. Hal yang terjadi pada Archegos Capital Management pada Maret sebagai pengingat.

Namun, saham terus naik dengan indeks MSCI-All Country mencapai rekor pada Jumat, 11 Mei 2021. Di sisi lain, utang margin di AS mencapai USD 822 miliar pada akhir Maret. Angka itu naik 72 persen year on year (yoy).

Dalam skala kecil, hal yang sama terjadi di Taiwan. Dilengkapi keyakinan, investor mengambil jumlah leverage atau utang meningkat. Hasilnya ekspansi utang margin naik 46 persen pada 2021 menjadi USD 9,8 miliar, tertinggi sejak 2011. Namun, indeks acuan Taiwan hanya naik 19 persen, ini menunjukkan investor mengambil pinjaman lebih cepat ketimbang apresiasi saham.

Investor domestik dinilai tidak punya banyak alasan untuk takut rugi. Ekonomi Taiwan menjadi salah satu pemenang terbesar dari persaingan AS-China. Produsen chip di Taiwan berkembang pesat saat pemerintahan AS berusaha menggoyahkan upaya Beijing membangun industri chip di dalam negeri.

Selama masa pemerintahan AS Donald Trump, indeks saham Taiwan catat kinerja terbaik di dunia. Kenaikan indeks saham berlanjut pada 2021 seiring pandemi COVID-19 menciptakan kekurangan chip, dengan indeks naik selama tujuh bulan berturut-turut hingga April.

Euforia mulai terurai minggu ini seiring ancaman inflasi menekan Nasdaq dengan diikuti saham teknologi. Indeks saham Taiwan turun 3,8 persen di Taiwan pada pada Selasa, 11 Mei 2021. Tingkat utang margin turun NT$ 12,6 miliar terbesar sejak 2018. Hal itu menunjukkan pelaku pasar menghadapi call margin untuk menutupi kerugian di akun sahamnya.

Rekor kekalahan pada Rabu, 12 Mei 2021 telah mendorong pelepasan utang lebih besar. "Perdagangan margin mendorong indeks saham Taiwan selama beberapa bulan terakhir, yang dapat menambah penurunan jika menghadapi margin,” ujar Masterlink Securities Investment Advisory Presiden Paul Cheng dilansir dari yahoo finance, Rabu (12/5/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Investor Panik

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Ketakutan akan kerugian berlanjut di pasar saham. Di sisi lain, investor individu menyumbang sekitar 60 persen dari transaksi.

Trader KGI Securites, Kevin Lee menuturkan, klien mulai panik. "Ada pesanan non stop yang masuk. Investor panik karena ada banyak berita selama jam perdagangna, dan kami tidak tahu apakah itu benar atau tidak,” kata dia.

Pada penghujung hari, indeks saham telah pangkas kerugian menjadi 4,1 persen. Namun, kerusakan kepercayaan investor sudah terlanjur terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya