Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tradisi muslim di Indonesia yang begitu mengakar adalah tahlil dan yasin untuk orang yang meninggal dunia. Namun, ada sebagian yang berpendapat bahwa yasinan dan tahlilan adalah bid'ah.
Namun begitu, menurut Gus Baha hadiah yasin dan tahlil untuk mayit justru diperbolehkan oleh ulama kaliber internasional. Gus Baha pun meyakini, yasin dan tahlil untuk mayit bukanlah bid'ah.
Advertisement
Gus Baha menyebut dua nama terkenal dalam khazanah keilmuan Islam, yakni Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan Ibnu Taimiyah.
Advertisement
Baca Juga
Penegasan Gus Baha bahwa yasin dan talil bukan bid'ah dan diperbolehkan oleh ulama kaliber internasional menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com.
Artikel kedua yang juga populer yaitu pemaparan Ustadz Khalid Basalamah dan Buya Yahya mengenai kebolehan meminta doa kepada orang sholeh saat sakit, seperti kepada kiai atau ulama.
Selanjutnya, artikel ketiga populer yaitu makan atau sholat dulu? Penjelasan Gus Baha.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Siapa Bilang Bid'ah? Ulama Kaliber Dunia Bolehkan Hadiah Yasin dan Tahlil untuk Mayit Kata Gus Baha
Perdebatan tentang doa seperti tahlil, Al-Fatihah, dan Yasin untuk mayit masih sering terjadi di tengah masyarakat. Ada kelompok yang menggunakan tradisi ini, sementara yang lain menolaknya dengan keras. Perbedaan ini sering kali memunculkan kebingungan di kalangan umat Islam.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, memberikan pandangannya mengenai hal ini.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @masnawir, Gus Baha menjelaskan bahwa hadiah bacaan Yasin, Al-Fatihah, atau tahlil kepada mayit memiliki landasan yang kuat dalam tradisi keilmuan Islam. Ia menyebutkan bahwa pendapat tersebut tidak hanya diterima di Indonesia, tetapi juga didukung oleh ulama kelas dunia.
Menurut Gus Baha, salah satu ulama besar yang membolehkan hadiah bacaan Al-Qur'an untuk mayit adalah Ibnu Taimiyah. Bahkan, Ibnul Qoyyim yang merupakan muridnya juga memegang pendapat yang sama. "Yang membolehkan hadiah Yasin, Fatihah, tahlil ke mayit itu adalah orang sekaliber Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim," jelasnya.
Ia menambahkan, masyarakat sering kali tidak mengetahui pendapat ulama-ulama besar ini karena kurang membaca referensi yang ada. "Karena kita tidak membaca, seakan-akan tahlilan itu hanya tradisi lokal yang tidak di-acc atau tidak disetujui oleh ulama kelas internasional," lanjut Gus Baha.
Dalam penjelasannya, Gus Baha menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyah secara eksplisit memperbolehkan pembacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan kepada mayit. Hal ini, menurut Gus Baha, menjadi bukti kuat bahwa tradisi ini bukanlah sekadar budaya lokal, tetapi memiliki dasar keilmuan yang mendalam.
Advertisement
2. Bolehkah Minta Air Doa ke Kiai saat Sakit? Ini Kata Ustadz Khalid Basalamah dan Buya Yahya
Selain berobat secara medis ke dokter, sebagian muslim berikhtiar agar sembuh dari penyakitnya dengan alternatif lain. Salah satunya adalah mendatangi orang sholeh seperti kiai dan ustadz. Mereka meminta air doa agar segera diberikan kesembuhan.
Namun bagi sebagian muslim lainnya khawatir meminta doa kepada orang saleh saat sakit termasuk perbuatan syirik. Lantas, masalah itu pun ditanyakan dalam sebuah pengajian. Dua di antaranya muncul di kajian Ustadz Khalid Basalamah dan KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya.
Menurut Ustadz Khalid, sejauh ini ia belum pernah menemukan riwayat yang menjelaskan masalah tersebut. Akan tetapi, ada sebagian pendapat ulama yang membolehkan meminta air doa ke orang sholeh, dalam hal ini melalui metode ruqiah atau ruqyah.
“Sudah umum di kalangan para ulama, yang dinukil dari buku-buku zaman dulu kalau mereka meniupkan doa-doa ruqyah itu ke air. Dan Syekh bin Baz rahimahullah menyebutkan tentang masalah bolehnya meniupkan bacaan ruqyah ke air dan diusapkan di badan, diminum. Itu bisa dibaca dalam tulisan-tulisan beliau tentang berhubungan masalah itu,” katanya dikutip dari YouTube Wahyuddin Official, Selasa (7/1/2025).
Ustadz Khalid Basalamah mengatakan, jika niatnya ruqyah dan bacaan doa-doanya yang diajarkan Rasulullah SAW, maka itu tidak masalah. “Tapi kalau setiap ada orang dianggap baik ibadahnya, coba bacain air ini buat saya, itu nggak pernah ada anjuran untuk itu,” ujarnya.
Menurutnya, akan jauh lebih baik jika yang membacanya adalah diri sendiri yang merasakan sakit atau terkena masalah tertentu. Tentu saja doa-doa yang dibacanya sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
3. Dahulukan Makan atau Sholat Dulu? Ini Jawaban Gus Baha
Waktu berbuka puasa merupakan salah satu momen yang dinanti selama bulan Ramadhan. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, berbuka menjadi saat yang paling dinikmati umat Islam. Namun, waktu berbuka bertepatan dengan waktu sholat maghrib, sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah sebaiknya mendahulukan berbuka puasa atau melaksanakan sholat maghrib terlebih dahulu.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, memberikan penjelasan terkait hal ini. Sebagai ulama ahli tafsir Alquran sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, Jawa Tengah, Gus Baha dikenal kerap menyampaikan pandangan yang sederhana namun penuh hikmah.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @nurulaini3266, Gus Baha membahas persoalan ini dengan merujuk pada kisah Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Dalam ceramahnya, ia menjelaskan bahwa jawaban atas dilema ini sebenarnya telah tergambar dalam kisah Nabi Ibrahim AS.
"Supaya mereka sholat, karena mereka manusia, cobalah beri mereka uang dan makan agar kuat sholat," ujar Gus Baha. Pernyataan ini, menurutnya, mengacu pada doa Nabi Ibrahim yang meminta Allah memberikan rezeki kepada masyarakat Mekah agar mereka mampu mendirikan sholat.
Gus Baha melanjutkan bahwa tujuan utama dari makan adalah untuk menjaga kekuatan tubuh agar dapat melaksanakan sholat. Ia mengutip doa Nabi Ibrahim, "Fasholah maqsudah," yang berarti makan dilakukan untuk mempersiapkan diri menjalankan sholat.
Advertisement