Liputan6.com, Jakarta - China mengusulkan aturan baru yang akan mengharuskan hampir semua perusahaan yang ingin listing di luar negeri untuk menjalani tinjauan keamanan siber. Yakni sebuah langkah yang secara signifikan akan memperketat pengawasan atas raksasa internetnya.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (10/7/2021), Otoritas Siber China  mengatakan, perusahaan yang menyimpan data lebih dari 1 juta pengguna, harus mengajukan persetujuan keamanan siber ketika listing atau mencatatkan saham di negara lain.
Baca Juga
"Alasannya, ada potensi data dan informasi pribadi tersebut dapat dipengaruhi, dikendalikan, dan dieksploitasi secara jahat oleh pemerintah asing. Tinjauan keamanan siber juga akan melihat potensi risiko keamanan nasional dari IPO luar negeri," kata Otoritas Siber.
Advertisement
Langkah dianggap paling konkret yang diambil untuk menahan kemampuan perusahaan teknologi melantai di pasar modal di AS melalui apa yang disebut model Variable Interest Entity (VIE) yang telah diadopsi oleh sejumlah perusahaan teknologi seperti Alibaba.
Group Holding Ltd., Baidu Inc., Didi Global Inc. Saat ini, regulator setempat tengah mengamati respons pasar terkait usulan tersebut sebelum nantinya diimplementasikan.
Sepanjang 2021, 37 perusahaan China telah terdaftar di bursa AS, melampaui jumlah tahun lalu, dan mengumpulkan USD 12,9 miliar. Otoritas setempat mengatakan, aturan untuk listing di luar negeri akan direvisi sementara perusahaan publik akan dimintai pertanggungjawaban untuk menjaga keamanan datanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sejumlah Perusahaan Tunda IPO
Bahkan sebelum aturan itu diumumkan, beberapa perusahaan yang berencana mencatatkan saham atau listing di New York menarik IPO mereka.
Pada Kamis, 8 Juli 2021, LinkDoc Technology Ltd. yang berbasis di Beijing menjadi perusahaan pertama yang diketahui menunda IPO setelah perubahan yang baru diusulkan. Sejak itu, dilaporkan aplikasi kebugaran China Keep dan startup sayuran Meicai telah membatalkan rencana untuk listing di AS.
Aturan baru ini dapat berdampak pada perusahaan teknologi China seperti pemilik TikTok ByteDance Ltd. dan perusahaan logistik dan pengiriman sesuai permintaan Lalamove, yang sedang mempertimbangkan IPO.
Advertisement