Meneropong Saham Emiten Kapitalisasi Besar pada Semester II 2021

Saham emiten kapitalisasi besar cenderung melemah sepanjang tahun berjalan 2021. Bagaimana prospeknya semester II?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Jul 2021, 21:07 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2021, 21:07 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham emiten kapitalisasi besar atau big cap terutama di atas Rp 100 triliun cenderung melemah sepanjang tahun berjalan 2021. Lalu bagaimana prospek saham kapitalisasi besar pada semester II 2021?

Mengutip data RTI, hingga penutupan perdagangan Jumat, 9 Juli 2021,  ada tiga saham emiten kapitalisasi besar yang menguat. Tiga saham emiten kapitalisasi besar yang menguat itu antara lain saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang naik 223,26 persen ke posisi Rp 13.900 per saham.

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menguat 13.947 persen ke posisi Rp 59.000 per saham. Saat ini saham DCII masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).  Saham PT Chandra Asri Tbk (TPIA) naik 9,37 persen ke posisi Rp 9.925 per saham.

Sementara itu, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melemah sepanjang tahun berjalan 2021. Saham UNVR alami koreksi 33,47 persen ke posisi Rp 4.890 per saham. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) susut 11,08 persen ke posisi Rp 30.100 per saham. Saham PT Astra International Tbk (ASII) tergelincir 18,51 persen ke posisi Rp 4.910 per saham.

Selain itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 8,87 persen ke posisi Rp 3.800 per saham, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melemah 4,53 persen ke posisi Rp 3.160 per saham. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) susut 8,7 persen ke posisi Rp 5.775 per saham.

Direktur PT Ekuator Swarna Investama, Hans Kwee menuturkan, pandemi COVID-19 menjadi tantangan bagi emiten termasuk bagi emiten kapitalisasi besar. Ia menuturkan, prospek saham emiten kapitalisasi besar masih dibayangi kasus COVID-19. Hal ini mengingat varian delta COVID-19 menjadi kekhawatiran global yang menjadi sentimen negatif untuk pasar saham. Sentimen tersebut akan berlanjut pada semester II 2021.

Sedangkan saham teknologi dan berkaitan digital cenderung menguat, menurut Hans, hal itu didorong sentimen karena harapan terhadap prospek sektor teknologi.

Meski demikian, saham emiten kapitalisasi besar akan mengalami kenaikan hingga akhir 2021. Namun, pada awal semester II-2021 akan turun terlebih dahulu.

"Untuk emiten dengan market cap yang besar di semester II, masih berprospek untuk kembali naik. Terutama biasanya di akhir tahun. Penurunan harga di awal semester kedua atau pertengahan bisa jadi kesempatan untuk mengoleksi di harga lebih rendah,” kata Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (11/7/2021).

Dengan konsisi tersebut, Sukarno menyarankan agar membeli saham dengan fundamental yang bagus, dengan tolok ukur setidaknya mencatatkan kinerja yang tumbuh pada kuartal I-2021. Selain itu, investor juga perlu mencermati pergerakah tren kinerjanya, apakah mengalami kenaikan atau tidak.

"Pilih saham yang memiliki fundamental bagus. Kalau bisa mampu tumbuh di kuartal 1, minimal. Kemudian lihat lagi secara histori tren kinerjanya bagaimana, naik atau tidak," ia menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Prediksi IHSG pada Semester II 2021

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Sukarno juga memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak dengan skema serupa. IHSG di semester II ada peluang kembali menguat.

Akan tetapi,  untuk awal-awal memasuki semester kedua, pergerakannya masih akan sideways dengan kencenderungan melemah terlebih dahulu. Setelah itu, baru ada peluang IHSG kembali menguat. Adapun sentimen yang bisa menggerakkan IHSG, selain data ekonomi yang positif, juga perkembangan penanganan COVID-19 di dalam negeri. Termasuk vaksinasi yang saat ini tengah gencar dilakukan.

"Selain data-data ekonomi yang positif yaitu adanya kedatangan vaksin merek lain yang tingkat efikasi yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Dan tingkat kasus harian covid dapat kembali turun setelah sempat mencapai rekor tertingginya,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya