IHSG Bakal Sentuh 6.400, Simak Rekomendasi Saham Pilihan

PT Mirae Asset Sekuritas menyebutkan ada tiga sentimen positif yang topang IHSG pada Agustus 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 05 Agu 2021, 17:47 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2021, 17:47 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menguat mendekati 6.400 atau 6.394 sepanjang Agustus. Hal ini didukung oleh tiga faktor positif.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menyebut, ketiga faktor itu adalah jumlah infeksi baru kasus harian COVID-19 yang mulai mereda ke angka 30.000 kasus per hari, gencarnya program vaksinasi yang membuka peluang potensi pelonggaran PPKM ke depan, dan rilis kinerja yang membaik dari perusahaan di bursa.

"Memasuki bulan Agustus, kami optimis IHSG mampu menguat, dengan target ke level 6.394 secara teknikal,” ujarnya, Kamis (5/8/2021).

Untuk sektoral, Tim Investment Information Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan sektor infrastruktur, kesehatan, dan keuangan sebagai pilihan investasi bagi para investor.

Untuk infrastruktur, saham yang menjadi pilihan adalah TLKM, EXCL, dan ISAT. Di sektor kesehatan dan perbankan, saham-saham yang direkomendasikan masing-masingnya adalah HEAL, MIKA, PRDA, dan BBCA, BMRI, serta BRIS.

"Saham-saham lain yang layak dipertimbangkan sebagai pilihan secara selektif adalah EMTK, SCMA, ERAA, dan INDF," ujarnya.

Prediksi dan rekomendasi yang diberikan berdasarkan penguatan IHSG sebesar 1,4 persen menjadi 6.070, dan aksi beli investor asing Rp 17 triliun sepanjang Juli.

Bulan lalu, beberapa faktor yang membuat pelaku pasar khawatir adalah peningkatan kasus COVID-19, pemberlakukan PPKM di sejumlah daerah, dan pelemahan rupiah.

Saat ini, sekitar 30 persen emiten yang listing atau mencatatkan saham di BEI telah mengumumkan kinerja keuangan untuk semester I/2021.

Secara tahunan mayoritas perusahaan mencatatkan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, mengingat pada kuartal II 2020, kinerja mayoritas perusahaan tercatat di bursa turun karena terdampak pandemi COVID-19.

Emiten di sektor perbankan, semen, dan ritel membukukan kinerja yang sesuai ekspektasi. Sementara emiten di industri kesehatan, terutama rumah sakit dan lab, mencatatkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi.

Sebaliknya, beberapa perusahaan di sektor barang konsumsi noncyclical, seperti UNVR, GGRM, HMSP, dan JPFA membukukan kinerja di bawah konsensus pelaku pasar, yang kemudian membuat sahamnya dilanda aksi jual dan menjadi pemberat indeks.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju

FOTO: Kasus Corona di Amerika Serikat Tembus 1 Juta
Layar menunjukkan ucapan terima kasih terhadap petugas kesehatan terlihat di Times Square, New York, AS, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins hingga 29 April 2020 WIB, jumlah kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Prediksi itu didasari kondisi makro ekonomi, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 negara-negara ekonomi maju secara umum terus melanjutkan akselerasi pertumbuhan.

Amerika Serikat (AS) tumbuh 12,2 persen, Inggris tumbuh 22,5 persen, Jerman tumbuh 9,2 persen, Jepang tumbuh 7,3 persen, dan Korea Selatan tumbuh 5,9 persen.

Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat menjadi 7,9 persen mengingat sebelumnya terakselerasi 18,3 persen pada kuartal I 2021. Dari dalam negeri, kinerja inflasi Indonesia masih cukup terkendali.

Beberapa indikatornya adalah indeks keyakinan konsumen (IKK) yang masih terus pulih, penjualan ritel masih positif, neraca perdagangan selama 14 bulan mencetak surplus berturutturut, posisi cadangan devisa yang masih baik, yang juga didukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Kepercayaan investor terhadap pemulihan ekonomi juga masih positif, yang ditandai oleh angka pertumbuhan FDI sangat positif pada kuartal II 2021.

Hal tersebut jelas membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di jalur yang tepat (on the right track) dengan membentuk kurva V- shape (atau berbalik dari penurunan menjadi menguat dengan cepat) bahkan untuk proyeksi ekonomi kuartal II/2021, sehingga potensi Indonesia meninggalkan periode resesi sangatlah besar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya