Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami tekanan beberapa pekan sebelum libur panjang Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri 2025. Sejumlah pihak menyebutkan bahwa penurunan IHSG ini terjadi karena adanya tekanan jual dampak penghapusan utang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bank milik negara.
Namun, Wakil Menteri UMKM Helvi Moraza, menegaskan bahwa penghapusan utang UMKM bukanlah penyebab investor asing menarik dana hingga membuat IHSG sempat merosot.
Baca Juga
"Saya rasa nggak ada urusannya sama itu. kan dan buktinya naik lagi kan dan di pasar saham itu kan biasa naik turun," Helvi kepada media saat ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (3/4/2025).
Advertisement
Menurutnya, justru kebijakan penghapusan piutang dapat membangkitkan kembali sektor UMKM, sejalan dengan visi yang diusung oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.
"Kalau dikaitkan dengan penghapusan utang justru penghapusan piutang itu akan membangkitkan UMKM itu kembali karena tujuan Pak Prabowo," tambahnya.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan signifikan pada 24-27 Maret 2025. Kenaikan IHSG didorong aliran dana yang masuk ke saham.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melonjak 4,03 persen ke posisi 6.510,62. Pada pekan lalu, IHSG susut 3,95 persen ke posisi 6.258,17.
Kapitalisasi pasar juga melonjak 2,81 persen menjadi Rp 11.126 triliun dari Rp 10.822 triliun pada pekan lalu. Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat 4,03 persen dan disertai aliran dana yang masuk mencapai Rp 3,25 triliun.
Reporter: Ayu
Sumber: Merdeka.com
6 Faktor Pendorong
Penguatan IHSG didorong sejumlah faktor. Pertama, mulai masuknya kembali aliran dana investor asing ke IHSG.
Kedua, ada aksi korporasi emiten perbankan terutama kapitalisasi besar seiring adanya pembagian dividen. “Ketiga, ada pengumuman pengurus Danantara di mana juga diperkirakan menjadi sentimen positif dan mengangkat beberapa emiten BUMN, meskipun demikian investor juga akan mencermati dan menanti akan kinerja dari Danantara sendiri,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Keempat, Herditya menuturkan, menuturkan, gejolak politik yang berkembang di dalam negeri juga menjadi perhatian investor. Kelima, waktu perdagangan yang cenderung sempit dalam menyambut libur Nyepi dan Lebaran.
“Keenam, dari global, investor juga mencermati akan perkembangan dari Amerika Serikat yang akan mengenakan tarif lanjutan yang akan diumumkan pada 2 April mendatang,” tutur dia.
Advertisement
Rata-rata Nilai Transaksi
Adapun peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa selama sepekan. Rata-rata nilai transaksi harian bursa melonjak 22,26 persen menjadi Rp 18,60 triliun dari Rp 15,21 triliun pada pekan sebelumnya.
Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini yang turun 8,6 persen menjadi 18,77 miliar saham dari 20,53 miliar saham. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terperosok 16,16 persen menjadi 1,02 juta kali transaksi dari 1,21 juta kali transaksi pada pekan lalu. Investor asing membeli saham Rp 3,25 triliun selama sepekan. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu terjadi aksi jual saham Rp 7,13 triliun.
