Wall Street Loyo Setelah Data Pekerjaan AS Lebih Kuat

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 348,58 poin atau 1,1 persen menjadi 32.899,70.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Jun 2022, 07:29 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2022, 07:29 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 3 Juni 2022. Wall street yang koreksi tersebut menutup kinerja sepekan lebih rendah.

Hal tersebut seiring investor mencerna data pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter ke depan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 348,58 poin atau 1,1 persen menjadi 32.899,70. Indeks S&P 500 tergelincir 1,6 persen menjadi 4.108,54. Indeks Nasdaq susut hampir 2,5 persen menjadi 12.012,73.

Tiga indeks acuan ini berakhir negatif pada pekan ini. Indeks S&P 500 merosot 1,2 persen, indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing merosot hampir 1 persen. Investor menganalisis laporan pekerjaan terbaru yang menunjukkan perekrutan AS tetap tinggi pada Mei.

Nonfarm payrolls menambahkan 390.000 pekerjaan pada Mei, demikian laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja. Ekonom memperkirakan 328.000 pekerjaan ditambahkan, menurut Dow Jones.

Penghasilan per jam rata-rata naik 0,3 persen pada Mei, menurut BLS, sedikit lebih rendah dari perkiraan konsensus 0,4 persen dan sejalan dengan kondisi pada April 2022.

“Kabar baik adalah berita buruk. Ini mengingatkan kita the Fed masih menjadi faktor penentu, setidaknya dalam emosi investor,” ujar Chief of Investment Research Nationwide, Mark Hackett, mengutip dari CNBC, Sabtu (4/6/2022).

Traders yang menjual saham kemungkinan bereaksi terhadap pergerakan suku bunga lebih tinggi dengan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) mengetatkan kebijakan moneter. Imbal hasil surat utang pemerintah AS atau treasury bertenor 10 tahun naik di atas level 2,9 persen setelah laporan itu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Investor Khawatir Tingkat Suku Bunga Lebih Tinggi

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

"Angka sekuat ini kemungkinan akan membalikkan harapan the Fed akan mempertimbangkan jeda kenaikan suku bunga setelah kenaikan Juni/Juli, karena itu akan menandakan pasar tenaga kerja tetap sangat ketat,” ujar Tom Essaye dari Sevens Report.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mendukung kenaikan suku bunga agresif ke depan. Hal ini karena dia belum melihat cukup bukti kalau inflasi telah mencapai puncaknya.

"Saya tidak ingin menyatakan kemenangan atas inflasi sebelum melihat bukti yang sangat meyakinkan tindakan kami mulai berhasil menurunkan permintaan dalam keseimbangan lebih baik dalam penawaran agregat,” ujar Mester kepada CNBC.

Investor khawatir tingkat suku bunga lebih tinggi dapat memperlambat ekonomi terlalu banyak dan menyebabkan resesi. Imbal hasil lebih tinggi juga kurangi valuasi laba ke depan yang dapat membuat saham terlihat kurang menarik, terutama growth dan teknologi.

Saham teknologi melemah pada Jumat pekan ini di tengah kenaikan suku bunga. Saham Micron Technology turun 7,2 persen dan Nvidia merosot 4,5 persen. Saham Alphabet dan Meta Platforms masing-masing turun 2,6 persen dan 4,1 persen.


Saham Tesla Merosot

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Saham Apple merosot 3,9 persen setelah rilis riset dari Morgan Stanley. Perseroan mengatakan pertumbuhan App Store yang melambat dapat merugikan perusahaan dalam waktu dekat.

Saham Tesla turun 9,2 persen setelah Reuters melaporkan yang mengutip email internal CEO Elon Musk ingin pangkas 10 persen pekerjaan di Tesla. Musk juga mengatakan dalam email kalau ia memiliki perasaan “sangat buruk” tentang ekonomi.

Komentar Musk datang setelah peringatan dari perusahaan pemimpin lainnya pekan ini. CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menuturkan kalau “badai” ekonomi di depan di tengah perang di Ukraina dan rezim pengetatan the Fed.

Pada Kamis pekan ini, Microsoft memangkas panduan laba dan pendapatan pada kuartal keempat tahun fiskal, mengutip nilai tukar mata uang asing yang tidak menguntungkan.

Koreksi pada pekan ini terjadi terlepas dari sesi yang kuat pada perdagangan Kamis pekan ini. “Kami telah bertransisi dengan cukup jelas dari beli saat penurunan tahun lalu menjadi jual reli. Minggu lalu adalah reli, minggu ini sedikit mundur. Kemarin adalah reli, hari ini mundur,” kata Hackett dari Nationwide.

Ia menuturkan, saat sulit mendapatkan kekuatan selama berminggu-minggu atau berhari-hari berturut-turut karena ada begitu banyak kekhawatiran investor menggunakan berita baik apapun sebagai peluang menjual.


Penutupan Wall Street pada 2 Juni 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 2 Juni 2022. Tiga indeks utama masing-masing  di wall street menghentikan koreksi dua hari berturut-turut.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 435,05 poin atau 1,3 persen ke posisi 33.248,28. Indeks S&P 500 naik 1,8 persen menjadi 4.176,82. Indeks Nasdaq menguat 2,7 persen menjadi 12.316,90.

Rata-rata tiga indeks acuan cenderung positif selama sepekan. Indeks Dow Jones menguat 0,1 persen. Indeks S&P 500 menguat tipis 0,5 persen dan indeks Nasdaq menanjak 1,5 persen pada pekan ini.

“Sentimen bearish tetap berlebihan, dan banyak peringatan laba yang akan datang sebagian besar seharusnya sudah diperhitungkan. Saham pada akhirnya akan mulai mendorong lebih tinggi musim panas ini karena aktivitas ekonomi moderat,” ujar Analis Senior OANDA, Edward Moya, mengutip dari CNBC, Jumat (3/6/2022).

Indeks sekarang solid dari posisi terendah pada 2022. Indeks Dow Jones menguat 8,5 persen, indeks S&P 500 bertambah 9,6 persen dan indeks Nasdaq mendaki 11,6 persen dari posisi terendah dalam 52 minggu.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, wall street cenderung bergejolak. Indeks Dow Jones turun lebih dari 300 poin hingga ke posisi terendah.

“Pasar sedang menunggu untuk mengetahui apakah inflasi akan turun dan memberi kita jeda dari rejimen kenaikan suku bunga the Federal Reserve. Itu sebabnya choppiness. Ini adalah periode ketidakpastian yang besar,” ujar Chief Equity Strategist Stifel, Barry Bannister.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya