ADMR Targetkan Produksi Batu Bara Kokas Keras 4,5 Juta Ton pada 2023

Target produksi ini meningkat dari target yang ditetapkan ADMR pada 2022 yaitu sekitar 2,8 sampai 3,3 juta ton.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Sep 2022, 13:54 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2022, 13:54 WIB
Paparan publik PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR) pada Selasa, (13/9/2022) (Foto: Liputan6.com/Gagas Y.P)
Paparan publik PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR) pada Selasa, (13/9/2022) (Foto: Liputan6.com/Gagas Y.P)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menargetkan produksi batu bara kokas keras (hard coking coal) hingga 4,5 juta ton pada 2023.

Target ini disampaikan ADMR dalam acara Public Expose (Pubes) Live, Selasa (13/9/2022).  Wakil Presiden Direktur Adaro Minerals, Iwan Dewono Budiyuwono mengungkapkan target produksi batu bara kokas keras (hard coking coal) pada 2023 di kisaran 4-4,5 juta ton. 

"Kami menargetkan produksi batubara kokas keras (hard coking coal) pada 2023 sekitar 4 sampai 4,5 juta ton. Semoga target ini bisa tercapai. Sedangkan untuk Average Selling Price (ASP) kami kira masih ada prospek yang baik pada 2023,” ungkap Iwan.

Target produksi ini meningkat dari target yang ditetapkan ADMR pada 2022 yaitu sekitar 2,8 sampai 3,3 juta ton batubara kokas keras. Terkait ASP, ADMR mencatatkan kinerja keuangan yang mentereng pada semester satu 2022 yang dipengaruhi kenaikan signifikan pada ASP dan kenaikan volume penjualan mendorong kenaikan profitabilitas ADMR.

Pada semester pertama 2022, ADMR mencatatkan kinerja mentereng yang didukung oleh pertumbuhan penjualan dan kenaikan harga jual. 

Laba inti ADMR pada semester pertama 2022, lompat 499 persen menjadi USD 207 juta atau sekitar Rp 3 triliun (asumsi kurs Rp 14.873 per dolar AS)  dari USD 35 juta (Rp 520 miliar) pada semester satu 2021. 

Peningkatan pada laba inti ADMR menunjukkan kinerja bisnis yang solid di tengah lingkungan pasar yang kondusif. Adapun Laba sebelum pajak pada semester pertama 2022 ADMR juga naik enam kali lipat secara Year on Year (YoY) menjadi USD 264 juta (Rp 3,9 triliun) dari USD 44 juta (Rp 654 miliar) pada semester satu 2021.

Selain itu, ADMR mencatat pendapatan usaha pada semester satu 2022 sebesar USD 436 juta (Rp 6,4 triliun), atau naik 165 persen dari USD 164 juta (2,4 triliun) pada periode yang sama di 2021.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Kontribusi Pendapatan Proyek Aluminium Adaro Minerals Mulai Dinikmati 2025

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan mengenai proyek smelter aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara). Untuk fase pertama, proyek tersebut memiliki kapasitas produksi 500.000 ton per tahun, diperkirakan mulai beroperasi pada 2025.

ADMR menjelaskan mengenai rencana pengembangan bisnis aluminium sebagai salah satu material dalam pembuatan kendaraan listrik. Dengan ADMR yang berfokus pada bisnis terkait mineral, terdapat potensi besar pada bisnis aluminium yang akan mendukung pertumbuhan Grup Adaro ke depan.

Direktur Adaro Minerals, Heri Gunawan optimistis terkait pendapatan yang dapat dihasilkan dari proyek aluminium bisa mengimbangi dari batu bara kokas keras (hard coking coal).

“Saat ini revenue dari ADMR hampir 100 persen dari coal, ke depannya untuk aluminium kita mungkin baru bisa merasakan pada 2025. Kalau kita sampaikan sekarang masih terlalu dini, tetapi kami yakin akan signifikan dan dapat mengimbangi kontribusi dari coal,” ujar Heri dalam acara Pubex Live secara virtual, Selasa (13/9/2022). 

Heri juga mengungkapkan untuk proyek pembangunan smelter aluminium telah menyiapkan capex cukup besar yang berasal dari pinjaman, ekuitas, dana internal perusahaan, dan rekan perusahaan.

“Kita sedang dalam proses finalisasi kurang lebih pembagiannya 30 sampai 40 persen dari ekuitas dan 60 sampai 70 persen dari pihak bank,” ungkap Heri.

Target Produksi Aluminium

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun direktur Adaro Minerals, Wito Krisnahadi menjelaskan target produksi aluminium akan berjumlah 1 juta ton aluminium ingot untuk jenis brown aluminium. Sedangkan ada sekitar 500 ribu ton untuk jenis green aluminium. 

Selain itu, untuk target pasar, ADMR menargetkan pasar domestik dan ekspor ke berbagai negara tetangga baik dengan perdagangan atau langsung mengarah pada industri. 

“Kami menargetkan pasar domestik karena di Indonesia sendiri saat ini masih membutuhkan impor dari luar karena demand aluminium di Indonesia sekitar 800 ribu hingga 1 juta ton dalam setahun. Kami disini berusaha untuk mengurangi kebutuhan impor Indonesia,” pungkas Wito.

 

Adaro Minerals Jadi Pendatang Baru Pertama di BEI pada 2022

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Diberitakan sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk akan menjadi perusahaan tercatat pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2022. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk akan mencatatkan saham perdana di papan pengembangan BEI dengan kode saham ADMR, Senin (3/1/2022).

Mengutip laman BEI, PT Adaro Minerals Tbk mencatatkan saham sebanyak 40.882.331.500 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Rincian saham yang dicatatkan antara lain saham pendiri 34.275.250.000 saham dan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) 6.607.081.500 saham. Harga penawaran saham Rp 100 per saham.

Sebelumnya perseroan menyatakan, apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat, sumber efek yang akan digunakan untuk memenuhi ketentuan penyesuaian alokasi efek untuk porsi penjatahan terpusat sebanyak-banyaknya 558.501.500 dengan nilai nominal Rp 100.

Jumlah saham yang ditawarkan itu mewakili sebanyak-banyaknya 1,37 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh per saham. Dengan demikian, perseroan peroleh dana IPO Rp 660,70 miliar.

Rencana pemakaian dana IPO antara lain sekitar 58,83 persen untuk keperluan pemberian pinjaman kepada anak usaha PT Maruwai Coal (MC) untuk belanja modal.

Belanja modal itu antara lain perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan batu bara, infrastruktur pendukung seiring meningkatnya produksi batu bara dan biaya eksplorasi untuk keperluan pengembangan teknik penambangan di Lampunut pada 2022-2023.

"Sisanya akan digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman perseroan dari PT Adaro Energy Tbk,” tulis perseroan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya