Lavender Bina Cendikia Incar Dana IPO hingga Rp 54,88 Miliar, Buat Apa Saja?

PT Lavender Bina Cendikia Tbk tawarkan harga IPO di kisaran Rp 187-Rp 196 per saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Des 2022, 15:11 WIB
Diterbitkan 19 Des 2022, 15:11 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Lavender Bina Cendikia Tbk gelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Pada aksi tersebut, Lavender Bina Cendikia melepas sebanyak-banyaknya 280 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 40 per saham atau setara 27,19 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan setelah IPO. 

Melansir prospektus perseroan, Senin (19/12/2022), harga pelaksanaan pada rentang Rp 187—196 per saham. Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup dana segar dari IPO sebanyak-banyaknya Rp 54,88 miliar.

Bersamaan dengan penawaran umum perdana saham, perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 224 juta waran seri I atau setara 29,87 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor perseroan. Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang efek pada tanggal penjatahan.

Setiap pemegang sepuluh saham baru perseroan berhak memperoleh delapan waran seri I, di mana setiap satu waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.

Waran seri I ini bernilai nominal Rp 40 setiap sahamnya dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 250 yang dapat dilakukan setelah enam bulan sejak diterbitkan, sampai dengan enam bulan berikutnya yaitu sejak 6 Juli 2023 sampai dengan 8 Januari 2024.

Total dana dari waran seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 56 miliar. Perseroan berencana mengalokasikan 75 persen dana hasil IPO untuk belanja modal (capital expenditure/capex).

Sisanya sekitar 25 persen akan digunakan untuk modal kerja. Sedangkan dana yang diperoleh dari pelaksanaan waran seri I akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja perseroan.

 

Jadwal

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Setelah IPO, mulai tahun buku 2022 dan seterusnya, manajemen perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 25 persen atas laba bersih tahun buku 2022 dan dibagikan pada 2023.

Jadwal:

Masa penawaran awal: 19—26Desember 2022

Perkiraan tanggal efektif: 29 Desember 2022

Perkiraan masa penawaran umum: 2—4 Januari 2023

Perkiraan tanggal penjatahan: 4 Januari 2023

Perkiraan tanggal distribusi saham dan waran seri I: 5 Januari 2023 

Perkiraan tanggal pencatatan saham dan waran seri I di BEI: 6 Januari 2023

Perkiraan awal perdagangan saham dan waran seri I: 6 Januari 2023

Perkiraan akhir perdagangan waran seri I :

 - Pasar reguler & negosiasi: 6 Januari 2023 — 3 Januari 2024

- Pasar tunai: 6 Januari — 5 Januari 2024

Perkiraan awal pelaksanaan waran seri I: 6 Juli 2023

Perkiraan akhir pelaksanaan waran seri I: 8 Januari 2024

 

 

BEI Catat 42 Perusahaan Masih Proses IPO

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 42 perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 9 Desember 2022.

“Sampai dengan 9 Desember 2022 terdapat 42 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Senin (12/12/2022).

Ia menambahkan, hingga 9 Desember 2022, ada 58 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,7 triliun. Saat ini terdapat 1 perusahaan yang sedang melakukan proses penawaran umum di sistem e-IPO, yaitu PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY). Bila sesuai jadwal, Venteny Fortuna International akan dicatatkan 15 Desember 2022.

Nyoman menuturkan, jika saham Venteny Fortuna International tercatat pada pertengahan Desember 2022 akan bawa saham yang tercatat di BEI pada 2022 naik 9 persen dibandingkan 2021.

“Apabila saham VTNY telah tercatat di BEI, maka total saham yang tercatat di BEI tahun 2022 berjumlah 59 saham atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 54 saham dan lebih tinggi dibanding rekor all time high BEI pada tahun 2018 yang berjumlah 57 saham,” ujar dia.

 

Sektor Saham

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Nyoman menuturkan, dengan mempertimbangkan waktu hingga akhir 2022 sudah semakin pendek, kemungkinan terjadi perubahan jadwal pencatatan yang sebelumnya direncanakan 2022 menjadi 2023.

Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham dengan rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;

• 4 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic;

• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;

• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;

• 6 Perusahaan dari sektor Technology;

• 3 Perusahaan dari sektor Healthcare;

• 5 Perusahaan dari sektor Energy;

• 2 Perusahaan dari sektor Financials.

• 6 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.

• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.

“Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor Consumer Cyclicals, Technology, Energy, Properties & Real Estate paling banyak pada pipeline pencatatan saham, sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya,” ujar Nyoman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya