DPK Bank Jago Melompat 125 Persen Jadi Rp 8,27 Triliun

Peningkatan DPK Bank Jago didorong oleh pertumbuhan current account and savings account (CASA) sebesar 238 persen dari Rp 1,68 triliun pada 2021 menjadi Rp 5,67 triliun pada 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 17 Mar 2023, 14:41 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2023, 14:34 WIB
(Ilustrasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) Dok: Bank Jago
(Ilustrasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) Dok: Bank Jago

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Jago Tbk (ARTO) berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebanyak Rp 8,27 triliun hingga akhir 2022. Angka tersebut meningkat 125 persen dari tahun sebelumnya Rp 3,68 triliun. 

Peningkatan DPK Bank Jago didorong oleh pertumbuhan current account and savings account (CASA) sebesar 238 persen dari Rp 1,68 triliun pada 2021 menjadi Rp 5,67 triliun pada 2022.

Pertumbuhan yang signifikan tersebut mendorong porsi CASA terhadap DPK mencapai 69 persen pada 2022 atau meningkat jauh dari 46 persen pada 2021. 

Di sisi lain, Bank Jago konsisten bertumbuh secara sehat dan berkelanjutan, baik dari sisi pinjaman, DPK, maupun jumlah nasabah.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menuturkan, inovasi dan kolaborasi baru pada 2022 juga berhasil mendorong jumlah nasabah funding mencapai lebih dari 5,1 juta nasabah pada akhir tahun lalu atau naik hampir empat kali lipat dibanding akhir 2021 yang tercatat 1,4 juta nasabah.

“Untuk bertumbuh secara cepat dan solid, kami percaya kolaborasi adalah cara yang paling efektif. Kami melakukannya dengan tetap memperhatikan risiko kredit agar Bank Jago dapat tumbuh secara berkelanjutan,” kata Kharim, Jumat (17/3/2023).

Sepanjang 2022, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago tumbuh 76 persen menjadi Rp 9,43 triliun dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 5,37 triliun. 

Kombinasi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah dengan penghimpunan DPK yang positif membuat Bank Jago dapat terus membukukan keuntungan. 
 
Pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
 
 

Penyaluran Kredit

Bank Jago dikembangkan sebagai bank berbasis teknologi untuk nasabah segmen pasar Ritel, Usaha Kecil dan Menengah,  serta Mass Market. (Dok Bank Jago)
Bank Jago dikembangkan sebagai bank berbasis teknologi untuk nasabah segmen pasar Ritel, Usaha Kecil dan Menengah, serta Mass Market. (Dok Bank Jago)
Dalam rangka menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat, Bank Jago menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah secara hati-hati dan terukur dengan tetap memperhatikan peluang ekspansi yang ada. Ini terlihat dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross di level 1,8 persen atau di bawah rata-rata industri perbankan.
 
Hingga akhir Desember 2022 Bank Jago mencatatkan laba bersih sebelum pajak (net profit before tax/NPBT) Rp 20 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 9 miliar.
 
Sementara itu, Bank Jago mencatatkan laba bersih Rp 15,91 miliar sepanjang 2022. Angka tersebut turun 81,50 persen dari Rp 86,02 miliar. Lantaran, tahun lalu laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) lebih tinggi daripada NPBT karena ada kredit pajak dalam pembukuan.
 
Kharim menuturkan, jika membandingkan NPAT tahun lalu dengan tahun ini akan turun dan tidak mencerminkan kondisi riil.
 
“Bank Jago berada pada jalur yang tepat dengan membangun fundamental yang kuat di tengah tantangan perekonomian global dan dalam negeri. Kami terus mencermati potensi risiko tetapi tetap memanfaatkan setiap peluang yang mungkin muncul untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Kharim.
 
Per akhir Desember 2022 aset Bank Jago mencapai Rp 16,97 triliun atau tumbuh 38 persen dari Rp 12,31 pada akhir Desember 2021. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 83 persen yang menunjukkan permodalan yang kuat untuk ekspansi bisnis ke depan.
 
 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya