Liputan6.com, Jakarta - Tim Ekonomi pasangan Calon Presiden (capres) Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden (cawapres) Gibran Rakabuming, Drajat Wibowo mengatakan, pihaknya membidik kapitalisasi pasar modal di atas Rp 22.000 triliun pada 2027. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan dengan target Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu Rp 15.000 triliun.Â
Drajat menjelaskan, target kapitalisasi pasar yang diusung Prabowo-Gibran lebih tinggi dari target peta jalan OJK untuk periode 2024-2027.Â
Baca Juga
"Target market cap kita lebih tinggi dari peta jalan OJK. Peta jalan OJK tahun 2027 diatas Rp 15.000 triliun kami dengan simulasi pertumbuhan kami menargetkan di atas Rp 22.000 triliun market cap 2027. Tetap 70 persen dari PDB tapi simulasi pertumbuhan kami akan menghasilkan market cap yang sangat tinggi," ujar dia dalam Dialog Arah Kebijakan Investasi dan Pasar Modal 2024-2029 di Jakarta, Senin (8/1/2024).Â
Advertisement
Menurut ia, strategi ekonomi di bidang investasi, ekspor impor dan Asta cita dapat mengakselerasi pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat baik jumlah outstanding saham maupun EBUS.Â
Dengan demikian, paslon nomor urut 2 ini akan terus menggenjot jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia bilang, perputaran uang ada di masyarakat. Masyarakat yang memiliki penghasilan besar ditambah literasi yang mumpuni akan memungkinkan mereka untuk berkecimpung di pasar modal.Â
Alhasil, jumlah investor pasar modal pun terus akan bertambah, otomatis kenaikan harga dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih terjamin.
"Untuk literasi dan inklusi ada pengetahuan dan keterampilan dan keyakinan tapi sisi prudential kurang ditekankan. Kami ingin sisi prudensial ditekankan di dalam peta jalan OJK," kata dia.Â
Â
Peta Jalan
Dia mencermati OJK dan peta jalannya banyak keunggulan pada aspek pengetahuan atau keterampilan. Namun, tetapi aspek keyakinannya masih belum memadai.
"Kenapa? karena prejudice dan mispersepsi dari publik masih tinggi. Untuk literasi keuangan, sisi prudensial masyarakat jauh dari memadai. Masyarakat kita kasih inklusi agak besar sedikit, pinjol tau-tau meledak tidak karuan, jadi tidak tidak cukup inklusi tidak cukup literasi tapi prudensial harus kita tekankan di kalangan masyarakat," imbuhnya.Â
Ia melanjutkan, untuk perlindungan investor, OJK menjalankan dua tupoksi, yaitu sebagai otoritas industri dan otoritas perlindungan konsumen atau investor.
Â
Advertisement
Tim Ekonomi Prabowo-Gibran Usul Perkuat Fungsi Intelijen Ekonomi di Pasar Modal
Sebelumnya diberitakan, Tim Ekonomi pasangan calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming, Drajat Wibowo angkat bicara soal intelijen di pasar modal. Ini mengingat, intelijen ekonomi yang sesuai kewenangan regulator belum berjalan dengan maksimal.Â
"Di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) itu ada fungsi intelijen, jadi di mana dia misalkan menggali informasi dari pas ngopi-ngopi, pas ngobrol, apa segala macam, nah dari informasi itu akan ketahuan, satu emiten itu bagaimana, satu bank itu bagaimana, akan kedengaran kalau misalkan ada hal-hal yang kira-kira akan berbahaya bagi investor. Itu yang harus diperkuat," kata Drajat saat ditemui di Jakarta, Senin (8/1/2024.
Menurut ia, selama ini intelijen pasar modal terbilang belum kuat. Dengan demikian, ia pun ingin intelijen di pasar modal berjalan sesuai fungsinya secara optimal dan nantinya akan memberikan perlindungan bagi para investor.Â
Â
Intelijen Ekonomi Sesuai Kewenangan
"Tapi memang bukan melakukan intelijen seperti yang dilakukan oleh BIN, dilakukan oleh intel Kapolri, dilakukan oleh KPK, enggak. Mereka enggak punya kewenangan itu, tapi, intelijen dalam arti, apa namanya, intelijen ekonomi yang sesuai kewenangan mereka itu, itu belum maksimal," kata dia.
Dia bilang, saat dirinya menjabat di Badan Intelijen Negara (BIN), pihaknya pernah membahas bagaimana melatih, rekan-rekan di OJK maupun di BI dengan fungsi-fungsi intelijen yang bisa mereka lakukan dalam kewenangan mereka, tanpa harus melangkahi masuk ke wilayah kewenangan badan-badan atau lembaga-lembaga intelijen.
"Itu sebenarnya mereka bisa lakukan. Saya melihat itu masih lemah, sehingga ya kadang-kadang akhirnya jadi kecolongan. Beberapa kasus kecolongan ini, itu karena fungsi intelijennya enggak berjalan dengan bagus," imbuhnya.Â
Â
Â
Advertisement