Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan penyebab adanya saham dengan dividen yield kecil masuk High Dividend 20 (HIDEV20).
Informasi saja, HIDEV20 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.
Baca Juga
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian saham untuk masuk IDX HIDEV20. Antara lain, membagikan dividen 3 tahun terakhir, besaran dividend yield, nilai transaksi, dan kapitalisasi pasar free float.
Advertisement
"Faktor-faktor tersebut memiliki bobot yang berbeda, sehingga bisa saja ada saham yang dividend yield relatif kecil tapi faktor lain memiliki nilai yang cukup bagus," kata Jeffrey kepada wartawan, ditulis Rabu (15/1/2025).
Tak Ada Strategi Khusus
Jeffrey menambahkan, tidak ada strategi khusus untuk mengevaluasi konstituen IDX HIDEV20. Sebab, dalam pemilihan saham yang masuk dalam konstituen indeks termasuk indeks HIDIV20 mengacu ke Manual Indeks dan SOP yang berlaku.
Namun kriteria utama adalah membagikan dividen dalam 3 tahun terakhir. Saat ini, menggunakan data terakhir, terdapat lebih dari 200 emiten yang membagikan dividen 3 tahun terakhir.
"Untuk menjaga agar Indeks dapat diterima oleh pelaku dan sesuai dengan perkembangan pasar, kami juga secara rutin melakukan review atas kriteria-kriteria yang ada," kata Jeffrey.
Emiten dengan Dividen Yield yang Kecil
Sementara, Head of Proprietary Investment Mirae Asset, Handiman Soetoyo memaparkan sejumlah emiten yang bertengger dalam IDX HIDEV20 periode 5 Februari 2024-4 Februari 2025 mencatatkan dividen yield yang kecil. Misalnya seperti BBCA 2,8 persen, KLBF 2,1 persen, dan ICBP 1,7 persen.
Kemudian SMGR 1,4 persen dan AMRT 1,1 persen. Ada pula INKP, TPIA, dan BRPT masing-masing dividen yield-nya di bawah 1 persen.
"Jadi IDX High Dividend 20 belum tentu dividend yield tinggi," kata Handiman.
Nilai dividen Rp 364,2 triliun yang dibagikan pada 2024 tersebut mencakup dividen tahun buku 2023, termasuk dividen interimnya. Sepanjang 2024, sektor keuangan dan energi masih menjadi dua sektor dengan kontribusi dividen terbesar dengan kontributor utama seperti ADRO, BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
“Hal ini mengonfirmasi kedua sektor tersebut masih menjadi sektor yang paling menarik bagi investor yang mengincar dividen,” tuturnya.
Sementara pada 2025, Handiman mencatat nilai dividen yang dibagikan perusahaan tercatat di Bursa tahun buku 2024 kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa Rp 364,2 triliun, atau naik 1,9% YoY.
Prediksi dividen 2025 tersebut turun dibanding tahun sebelumnya lebih disebabkan oleh adanya kejadian yang di luar kebiasaan pada tahun lalu, terutama dari dividen spesial PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) senilai Rp 41,53 triliun.
"Perusahaan-perusahaan berdividen tinggi tersebut berpotensi kembali menawarkan dividen yang menarik tahun ini terutama berkaca pada catatan historis pembayaran dividen tahun lalu," kata Handiman.
Advertisement