Liputan6.com, Jakarta PT Petrosea Tbk (PTRO) berencana melakukan penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi berkelanjutan dengan target dana yang dihimpun sebesar Rp 2 triliun. Sehubungan dengan aksi tersebut, perseroan telah menerbitkan obligasi berkelanjutan I Petrosea tahun 2024 dengan jumlah pokok Rp 1 triliun.
Selanjutnya, perseroan berencana melakukan penawaran obligasi berkelanjutan Petrosea tahap II tahun 2024 dengan jumlah pokok 1 triliun. Obligasi ini terdiri dari tiga Seri, yaitu Obligasi Seri A, Seri B, Seri C.
Advertisement
Baca Juga
Melansir keterbukaan informasi Bursa, Selasa (4/3/2025), jumlah Obligasi yang ditawarkan dalam Seri A adalah sebesar Rp 39,2 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 7,75% per tahun. Jangka waktu Obligasi Seri A adalah 3 tahun terhitung sejak Tanggal Emisi. Pembayaran Obligasi dilakukan secara penuh (bullet payment) pada saat tanggal jatuh tempo pada 21 Maret 2028.
Advertisement
Jumlah Obligasi yang ditawarkan dalam Seri B adalah sebesar Rp 476,2 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,75% per tahun. Jangka waktu Obligasi Seri B adalah 5 tahun terhitung sejak Tanggal Emisi. Pembayaran Obligasi dilakukan secara penuh (bullet payment) pada saat tanggal jatuh tempo pada 21 Maret 2030.
Adapun jumlah Obligasi yang ditawarkan dalam Seri C adalah sebesar Rp 484,6 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 9,30% per tahun. Jangka waktu Obligasi Seri C adalah 7 tahun terhitung sejak Tanggal Emisi. Pembayaran Obligasi dilakukan secara penuh (bullet payment) pada saat tanggal jatuh tempo pada 21 Maret 2032.
Catatan saja, pemesanan pembelian Obligasi harus dilakukan dalam jumlah sebesar Rp 5 juta atau kelipatannya. Nantinya, seluruh dana hasil obligasi seluruhnya untuk modal kerja perseroan, melalui proyek-proyek dikerjakan perseroan pada proyek-proyek pertambangan, dan proyek-proyek rekayasa & konstruksi yang merupakan kegiatan usaha utama perseroan.
Rinciannya, sekitar 67 persen untuk pembelian material, dan jasa pembelian material yang bersifat beli putus sesuai kebutuhan perseroan, dan ketersediaan material dari pihak yang tidak terafiliasi dengan perseroan, termasuk untuk biaya operasi alat berat, dan peralatan. Sekitar 25 persen untuk biaya-biaya tenaga kerja. Lalu, sisanya untuk beban usaha lainnya.
Obligasi Berkelanjutan
Di samping penerbitan obligasi berkelanjutan, perseroan juga menawarkan sukuk ijarah Rp 500 miliar. Sukuk Ijarah itu, terdiri dari 3 seri, yaitu Sukuk Ijarah seri A sebesar Rp 59,10 miliar dengan cicilan imbalan ijarah Rp 4,58 miliar per tahun dihitung dari jumlah sisa imbalan ijarah Seri A atau sebesar Rp 77,50 juta per Rp 1 miliar per tahun dari jumlah sisa imbalan ijarah seri A dengan durasi 3 tahun.
Seri B sejumlah Rp 223,90 miliar dengan cicilan imbalan ijarah Rp 19,59 miliar per tahun dihitung dari jumlah sisa imbalan ijarah Seri B atau Rp87,50 juta per Rp 1 miliar per tahun dari jumlah sisa imbalan ijarah seri B dengan tempo 5 tahun. Seri C Rp 217 miliar dengan cicilan imbalan ijarah Rp 20,18 miliar per tahun dihitung dari jumlah sisa imbalan ijarah Seri C atau Rp 93 juta per Rp 1 miliar per tahun dari jumlah sisa imbalan ijarah seri C berjangka 7 tahun.
Advertisement
Cicilan
Cicilan imbalan ijarah dibayar setiap triwulan sejak tanggal emisi. Di mana, cicilan imbalan ijarah pertama akan dibayar pada 21 Juni 2025, sedangkan cicilan imbalan ijarah terakhir sekaligus tanggal pembayaran sisa imbalan ijarah akan dibayarkan pada 21 Maret 2028 untuk Sukuk Ijarah Seri A, tanggal 21 Maret 2030 untuk Sukuk Ijarah Seri B, dan tanggal 21 Maret 2032 untuk Sukuk Ijarah Seri C. Pembayaran Sisa Imbalan Ijarah masing-masing seri Sukuk Ijarah akan dilakukan secara penuh saat jatuh tempo.
Seluruh dana hasil penawaran sukuk untuk modal kerja, melalui proyek-proyek dikerjakan pada proyek-proyek pertambangan, dan proyek-proyek rekayasa & konstruksi merupakan kegiatan usaha utama perseroan, dengan rincian sebagai berikut.
Sekitar 67 persen untuk pembelian material, dan jasa pembelian material bersifat beli putus sesuai kebutuhan, dan ketersediaan material dari pihak tidak terafiliasi, termasuk untuk biaya operasi alat berat, dan peralatan. Kemudian, sekitar 25 persen untuk biaya-biaya tenaga kerja, dan sisanya untuk beban usaha lainnya
