Ramalan 8 Jagoan Keuangan Dunia soal 2014 (II)

Delapan pengelola keuangan ternama dunia memberikan ramalannya mengenai investasi menguntungkan di 2014. Apa yang mesti diincar?

oleh Syahid Latif diperbarui 22 Des 2013, 20:15 WIB
Diterbitkan 22 Des 2013, 20:15 WIB
wall-street130302b.jpg

Indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah pada November lalu. Dengan pencapaian ini, banyak kalangan bertanya-tanya peluang investasi saham di 2014.

Kebingungan para investor cukup beralasan terlihat dari indeks bursa saham yang terpangkas setelah bank sentral AS, the Federal Reserves, menunda pengurangan program stimulusnya.

Pekan lalu, The Fed akhirnya memberikan kepastian kebijakan pengurangan program stimulusnya dengan memangkas anggaran hingga US$ 10 miliar. Mungkinkan keputusan The Fed ini akan membuat pelaku pasar kembali ke pasar saham?

Sebanyak 8 pengelola keuangan level dunia mencoba memberikan ramalan peluang investasi saham di 2014? Para pengelola keuangan ternama ini juga ditanyakan mengenai peluang investasi di AS, Eropa, dan Negara Berkembang?

Berikut analisa empat dari delapan pengelola keuangan tersebut:

5. Steve Cao

Jabatan: Fund Manager, Invesco, Houston
Dana kelolaan: US$ 768 juta Invesco Asia Pacific Growth Fund
Imbal hasil: rata-rata 7,1% per tahun dalam tiga tahun

Beberapa negara berkembang Asia seperti Indonesia dan India masih akan menghadapi dilema defisit dan melemahnya kurs mata uang. Dengan pertumbuhan yang melemah, kedua negara ini harus merespon depresiasi mata uang dengan menaikan suku bunga. Cao menilai, peluang untung kini justru berasal dari perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.

Cao juga mengimbau investor untuk menghindari pasar komoditas yang masih rentan seiring perlambatan ekonomi China.

6. Kathleen Gaffney

Jabatan: Fund Manager, Eaton Vance, Boston
Dana kelolaan: US$ 22 miliar Loomis Sayles Bond Fund
Imbas hasil: rata-rata 11% per tahun dalam tiga tahun terakhir.

Investasi pendapatan tetap kemungkinan takkan memberikan untung besar. Investor kini justru harus melihat peluang di surat utang dengan rating layak investasi. Strategi konsolidasi industri telekomunikasi bakal membuat surat obligasi di sektor ini cukup menarik

Gaffney mengimbau pelaku pasar untuk menghindari surat utang negara karena sensitivitasnya pada tingkat imbal hasil. Nilai surat utang saat ini terlalu tinggi dan takkan turun dalam jangka pendek.

7. Scott Minerd

Jabatan: Global chief investment officer, Guggenheim Partners, Los Angeles
Dana kelolaan: memiliki sejumlah aset pendapatan tetap, mutual funds termasuk pinjaman.
Imbal hasil: rata-rata 6,4% per tahun sejak Januari 1999 hingga 30 September 2013.

Minerd memilih untuk menginvestasikan dananya dalam obligasi beragunan pesawat. Industri penerbangan saat ini telah mengurangi aksi oligopoli dan tak ada lagi pemotongan harga.

Untuk surat utang, Minerd memilih Bermuda sebagai incarannya. Yield surat utang di negara ini dianggap lebih atraktif dan relatif lebih berisiko. Total utang terhadap PDB Bermuda juga lebih dibandingkan negara Eropa.

8. John Burbank

Jabatan: Pendiri Passport Capital, San Fransisco
Dana kelolaan: US$ 13, miliar
Imbal hasil: rata-rata 19% per tahun sejak Agustus 2000-September 2013

Industri teknologi dan sektor lain yang banyak melakukan inovasi bakal menarik perhatian beberapa tahun ke depan. Hal ini dipicu bertambahnya demografi, inovasi, dan perubahan besar dalam perilaku konsumsi masyarakat mengadopsi teknologi.

Burbank tampaknya cukup yakin dengan investasi emas pada 2014 setelah investor menghindari produk investasi ini akibat quantitative easing III. Setelah beberapa kali pelemahan, harga emas kemungkinan bakal kembali mengalami rally 20%-30% pada 2014. (Shd)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya