Iko Uwais Jagoan Silat yang Sulit Berakting

Iko pun mengaku banyak mendapatkan bantuan dari seorang Gareth Evans.

oleh Aditia Saputra diperbarui 02 Apr 2014, 18:00 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2014, 18:00 WIB
Iko Uwais
Iko Uwais

Liputan6.com, Jakarta Gareth Evans terpesona dengan gaya pencak yang dimainkan oleh Iko Uwais. Bersama sang istri, Maya, kala itu Gareth sedang membuat sebuah film dokumenter soal Pencak Silat di berbagai kota seperti Padang, Jakarta dan Jawa Barat.

Sampai akhirnya, Gareth menawarinya untuk bermain di film Merantau. Sebelumnya, Iko sempat tak percaya diri ketika menerima tawaran itu. Apalagi, dirinya mengaku tidak bisa akting. Gareth pun meyakinkan Iko untuk bergabung dengannya dalam penggarapan sebuah film layar lebar berjudul Merantau.

"Sempat nggak percaya juga, apalagi gue kan nggak bisa akting. Gue bilang kalau gue sama sekali nggak bisa akting dan nggak biasa ada di depan kamera," kata Iko mengenang pertama kali tawaran itu kepada dirinya.

Dan benar saja, ketika pertama kali akting Iko menjalaninya dengan kaku dan tidak merasa nyaman saat berakting. Hingga akhirnya dia benar-benar memahami bahwa dunia akting dan dunia nyata di mana dia hidup berbeda.

"Gue nggak nyaman sama sekali awalnya berakting. Tapi memang semua ada batasan dan aturannya. Di situlah gue belajar untuk berakting di depan kamera dan ber-attitude di balik kamera," ungkap Iko.

Sejak pernah merasakan kegagalan dalam mencapai cita-citanya sebagai pemain sepakbola nasional membuat Iko tidak pernah menargetkan sesuatu. Hal itu pula yang dia terapkan sejak pertama kali bermain dalam film pertamanya, Merantau, hingga bermain sebagai Rama dalam film The Raid.

Namun Iko tetap meyakinkan dirinya bahwa dia bisa mengemban tanggung jawab yang telah dipercayakan kepadanya oleh Gareth. "Waktu dikasih skrip gue cuman bilang. ‘Ini serius’. Karena dibilang serius, ya sudah gue jalanin, tapi gue nggak pernah kejar target buat gimana-gimana. Semua let it flow saja," katanya.

Sukses film Merantau, Iko pun merasakan menjadi tenar. Dirinya pun sama sekali tak pernah terlintas sedikitpun bisa seperti sekarang. Baginya, bermain dalam sebuah film laga adalah tanggung jawab yang besar. Di mana dia harus menunjukkan keindahan pencak silat sebagai salah satu beladiri asli Indonesia.

Begitu pula tanggung jawabnya kepada Gareth. Sejak pertemu untuk pertama kali, Iko tidak mengira bahwa sang sahabat akan membuat pencak silat menjadi populer seperti sekarang ini.

"Pencak silat nggak akan dikenal dunia tanpa dia. Kita semua khususnya gue, angkat topi sama Gareth. Dia nggak tahu Indonesia tapi mau mempelajari silat yang ada di Indonesia. Dia kupas semua tentang silat. Makanya dia buat film dia tahu pergerakan setiap shot dia perlihatkan segala angle dari seni tersebut. Dia lihat kekayaan dari silat," ungkapnya.

Bagi Iko, Gareth merupakan sosok yang luar biasa dan menginspirasi. Dia juga banyak mengucapkan terimakasih kepada Gareth yang akhirnya membangkitkan lagi semangat Indonesia untuk mempelajari silat.

"Ini orang lain, kita nggak ada ikatan darah. Gue nggak kenal sama Gareth sama sekali awalnya, dia mau belajar silat dan mengangkat tentang silat. Gue hanya perantara. Kalo nggak ada The Raid silat pasti masih dipandang sebelah mata. Orang Indonesia mungkin tahu silat, tapi mana ada dunia tahu silat tanpa ada dia?” tanya Iko.

Iko menyampaikan bahwa sudah seharusnya masyarakat Indonesia lebih mencintai budaya sendiri. Seperti halnya Gareth, pria bule yang sangat mencintai Indonesia dengan segala budaya dan keindahannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya