(EKSKLUSIF) Ariel Blak-blakan Soal NOAH

Liputan6.com mencoba bertanya secara eksklusif pada NOAH tentang seberapa jauh mereka meninggalkan Peterpan.

oleh Feby Ferdian diperbarui 18 Feb 2015, 19:45 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2015, 19:45 WIB
(Eksklusif) Ngobrol Bareng Ariel Soal Evolusi Peterpan-NOAH
Liputan6.com mencoba bertanya secara eksklusif pada NOAH tentang seberapa jauh mereka meninggalkan Peterpan.

Liputan6.com, Jakarta Di penghujung tahun lalu, tepatnya pada 30 Desember 2014, Ariel (vokal), Uki (gitar), Lukman (gitar), David (keyboard), dan Reza (drum) meluncurkan album kedua mereka sebagai NOAH dengan tajuk Second Chance.

Di album tersebut, band yang dulu bernama Peterpan itu menyuguhkan tiga lagu baru serta aransemen ulang dari single-single lama Peterpan di album Alexandria dan Sebuah Nama Sebuah Cerita.

Aransemen tersebut direncanakan berlanjut lewat tiga album baru yang konon bakal diberi judul yang sama dengan tiga album Peterpan. Sebut saja Taman Langit, Bintang di Surga, hingga Hari yang Cerah.

Berbekal dari situ, saya mencoba bertanya secara eksklusif pada sang vokalis, Ariel tentang seberapa jauh mereka akan berevolusi. Berikut bagian penting dari tanya jawab via email itu:

Selanjutnya

Banyak yang bilang kalian berubah drastis begitu mengusung nama NOAH, contoh sajalah di lirik lagu. Kita ketahui di album-album Peterpan, banyak sekali lirik yang berkisah tentang hal-hal yang lebih bersifat 'renungan' dan 'menyelami diri'. Pemikiran itu juga yang konon membidani lahirnya logo bulu. Sementara di NOAH, lagu kalian lebih banyak bercerita tentang cinta. Sebenarnya seberapa jauh sih kalian merasa meninggalkan Peterpan?

Kalau dibilang berubah drastis, memang itu yang kita usahakan. Maksudnya kita berusaha untuk nggak berjalan di tempat ya, ini untuk kemajuan musiknya juga. Tapi kalau dibilang liriknya lebih bercerita soal cinta, nggak juga ya.

Kita lihat kan di album NOAH, lagu pertama, Separuh Aku, David sama Ichsan yang bikin. Lagu kedua, Aku Hidup Untukmu Mati Tanpamu, itu juga yang bikin liriknya Ryan d'Masiv. Lagu ketiga, Jika Engkau, yang bikin lirik saya dan Lukman. Lagu keempat, Tak Lagi Sama, yang bikin lirik juga Ikhsan dan David. Lagu kelima, Ini Cinta, baru saya yang bikin sendiri. Jadi kalau awalnya memang berubah dan banyak bercerita tentang cinta, mungkin akan terlihat seperti itu karena saya juga nggak banyak membuat lirik (di album ini).

Kalau dilihat dari keseluruhan album, sebenarnya kita banyak bercerita soal yang lainnya juga, cuman kan masalahnya sepuluh lagu itu nggak bisa dipromosikan semua. Ada judul lagu Raja Negeriku, Terbangun Sendiri, itu temanya bukan cinta kok. Cuma kebetulan mereka nggak dijadikan lagu andalan, jadi nggak terdengar tema-tema yang dulu ada di Peterpan. Sebenarnya kalau masalah lirik, dari saya pribadi sih nggak ada yang berubah.

Selanjutnya

Sebelum dirilis menjadi satu dari tiga single jagoan di album baru, lagu Hero sempat diperdengarkan pada 2008 silam dengan nuansa yang boleh dibilang sangat 'Peterpan' sekali. Begitu diluncurkan sekarang, cukup kaget karena lagunya ternyata dibuat dengan warna yang nyaris serupa, bukan seperti album Seperti Seharusnya dimana terdapat banyak penambahan musik elektronik. Apakah di album ini NOAH kembali ke akar lama, atau sengaja dibuat sebagai pengecualian untuk menyesuaikan tema dengan aransemen ulang yang tengah kalian lakukan?

Kalau lagu Hero sebenarnya di luar kita ya. Karena diproduseri sama Steve Lilywhite, jadi benar-benar kita serahin sama produser. Jadi kalau memang ternyata dia membawa lagu Hero ke gaya peterpan, mungkin dia memang ingin seperti itu. Tapi saya yakin sih dia nggak pengin seperti album Peterpan, cuma mungkin, menurut dia yang paling baik tuh ya seperti yang keluar sekarang ini.

Selanjutnya

Apakah NOAH percaya mitos kalau lagu yang ngehits akan menjadi kutukan bagi penciptanya. Semisal jadi kenyataan dan sebagainya?

Kalau mitos sih saya kurang percaya, kalaupun terjadi, itu kebetulan namanya. Memang ada yang namanya kekuatan kata-kata, tapi itu juga tergantung kekuatan otak  dari setiap orang juga. Jadi asal nggak terlalu dibawa serius, saya rasa sih itu nggak akan terbawa ke kehidupan nyata.

Selanjutnya

Saya menebak Ariel suka sekali menulis. Lirik lagu dan tulisan yang tertuang di buku Kisah Lainnya menjadi bukti tentang gaya bertutur Ariel. Adakah minat untuk kembali menuangkan beberapa pemikiran ke dalam buku?

Ya, saya memang senang nulis. Saya mulai suka menulis dari kelas 3 SMA. Sebelumnya saya lebih senang gambar, kalau punya buku kosong itu lebih senang digambar-gambarin tapi pas mulai kelas tiga, gara-gara baca buku sastra jadi senang nulis.

Cuma ada beberapa tahun, kayak sekarang, kerasa lagi males banget nulis, enggak tahu kenapa. Jadi kalaupun ada niat mau menuangkan pemikiran lagi ke dalam buku, mungkin nggak dalam waktu dekat, karena di dua tahun ini, saya enggak terlalu suka tulis menulis.

Kalau sudah tiba waktunya, mau buat buku seperti apa?

Saya lebih kepikiran bikin prosa, puisi pendek, prosa-prosa pendek juga boleh, seputaran itulah kira-kira.

Selanjutnya

Banyak fans setia Peterpan yang memilih untuk berhenti di album terakhir Peterpan bertajuk Sebuah Nama Sebuah Cerita. Alasannya, lebih karena merasa komposisi musik NOAH terlalu jauh berbeda bagi mereka. Bagaimana perasaan seorang Ariel terhadap itu?

Kalau kita sih menganggapnya wajar, karena nggak semuanya tahu dapurnya kita saat mengerjakan lagu. Tapi kalau dari kita sendiri, sebenarnya nggak ada yang berubah dari Peterpan ke NOAH. Karena yang mengerjakan keseluruhan album, entah itu Taman langit, atau Bintang di Surga, orang-orangnya yang ada di NOAH juga.

Cuma terus terang, kalau dari sudut pandang saya sebagai pencipta lagu, saya tidak ingin berhenti di situ. Jadi begini, saya bikin sembilan lagu di album pertama, saya bikin delapan lagu di album kedua, dan begitu saya bikin album NOAH, pasti saya nggak mau bikin yang awal lagi, karena buat apa mengulang Mungkin Nanti, buat apa mengulang Ada Apa denganmu, saya pengin bikin sesuatu yang beda.

Jadi kalau dibilang berbeda musiknya, memang kita bedain, tapi bukan karena Peterpan berubah jadi NOAH, tapi memang personilnya berevolusi. Jadi nggak ada pengaruhnya dari pergantian personel. Kalau penambahan mungkin ada pengaruhnya ya, karena David ikut masukin aransemennya. Tapi saya berani bilang, buat yang nggak mengetahui dapurnya Peterpan dulu, yang membuat Taman Langit, yang membuat Bintang di Surga, sampai album Peterpan yang keberapapun, orangnya masih sama.

Selanjutnya

Pertanyaan terakhir, apa yang paling ingin dikenang dari kiprah Peterpan-NOAH di Industri Musik Indonesia. Semisal jika suatu saat perjalanan kalian akan dijadikan film, titik fokus mana yang akan kalian pilih untuk mewakili nama NOAH?

Kita sih penginnya dikenang semangatnya ya, karena saya ngerasain pas pertama kali Peterpan dulu dirintis, kemudian jadi band kafe sampai akhirnya jadi band yang besar. Itu sebenarnya poin yang harusnya bisa dibagiin sama semua orang, jadi bisa menularkan semangat.

Kan sebagian orang menganggap hal yang kita lakuin juga mungkin hal yang nggak mungkin. Padahal terjadi sama kita. Jadi kalau fokus mana yang akan kami pilih untuk mewakili nama Peterpan atau NOAH, ya itu, mimpi, kerja keras, itu sih yang pengin kita share ke semua orang.(Feb/Ade)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya