Liputan6.com, Jakarta - Film Benyamin Biang Kerok yang diperankan Reza Rahadian mendapat tanggapan beragam usai seminggu penayangannya di layar kaca.
Salah satunya dari Kojek Rapper Betawi yang mengaku kecewa lantaran alur cerita Benyamin Biang Kerok tidak jelas. Kepada Liputan6.com, seniman muda Betawi ini mengaku walkout saat gala premiere pada 24 Februari 2018. "Alur ceritanya tidak jelas, ini seperti komedi absurd yang menjual nama Benyamin. Betawi di sini pun cuma sekadar tempelan," ujarnya.
Advertisement
Merespons hal ini, Lembaga Kebudayaan Betawi berinisiatif mengundang perwakilan keluarga Benyamin dan Falcon untuk berdiskusi dan menyelesaikan kegaduhan di media sosial terkait film Benyamin Biang Kerok.
Advertisement
Baca Juga
"Hal ini penting karena almarhum lekat dengan budaya Betawi dan bahkan di akhir hidupnya tengah menjabat sebagai Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB)," ucap Beki Mardani, Ketua LKB, Rabu (7/3/2018).
Ketua Yayasan Benyamin Sueb, Beno Rahmat Benyamin, dalam kesempatan yang sama menyatakan dia sangat gembira ketika pihak Falcon dan Max Pictures berminat mengangkat karya Babe (panggilan akrab mendiang Benyamin Sueb) dengan format yang lebih kekinian dalam Benyamin Biang Kerok.
Bersyukur
"Dua puluh tiga tahun setelah Babe meninggal, ada yang berminat bikin film Babe. Kami sangat bersyukur karena ini bisa menjadi jembatan bagi generasi milenial untuk mengenal siapa itu Benyamin. Apalagi bagi keluarga sendiri, adik kami, Belinda, tak sempat mengenal Babe. Karena saat Babe meninggal tahun 1995, Belinda baru berusia 40 hari," ujar Beno.
Beno datang ditemani saudara-saudaranya sesama anak Benyamin Sueb, yakni Beni Pandawa, Billy Sabila, dan Belinda Sahadati.
Advertisement
Betawi yang Modern
Hal itu pun diamini Odi Mulya, produser eksekutif Max Pictures, yang menjelaskan bahwa Falcon ingin membangun konsep Betawi yang modern. "Saya rasa kalau Babe masih hidup, dia memang ingin melihat Betawi yang maju. Dan kami sadar bahwa Benyamin bukan hanya milik orang Betawi. Benyamin adalah pahlawan nasional. Dia milik orang Indonesia juga," ujar Odi Mulya.
Menanggapi kritik yang ada, Odi berjanji akan membangun diskusi dengan pihak keluarga dan budayawan Betawi secara lebih intensif.
Masa Keemasan
Dalam kesempatan yang sama, JJ Rizal, budayawan Betawi, mengatakan film Benyamin Biang Kerok yang disutradarai Nawi Ismail pada 1972 itu menjadi legendaris karena dibuat di tengah masa keemasan Benyamin.
"Film ini dibuat setelah dia mendapat Piala Citra melalui film Intan Berduri pada 1972 dan sukses besar, sehingga dibuat beberapa seri Biang Kerok lainnya,” ucap Rizal.
Advertisement
Hal yang Biasa
Dia menambahkan, "Biang Kerok adalah pencapaian tentang bagaimana Benyamin mengajarkan siapa orang Betawi itu. Tengil tapi jenius, siapa yang bisa marah?" kata Rizal.
Di akhir pertemuan, semua pihak sepakat proses kreatif memang tidak boleh berhenti, tapi pro dan kontra diyakini adalah hal yang biasa. "Kami tegaskan tak ada slek (perpecahan) antara keluarga Benyamin dan Falcon," ujar Beno menandaskan.