27 Steps of May: Perempuan, Pemerkosaan, dan Kekuatan untuk Bangkit

Film 27 Steps of May pada hakikatnya bicara trauma, kesepian, rasa bersalah, dan pelampiasan yang sayangnya tak mampu menyelesaikan masalah.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2019, 10:30 WIB
27 Steps of May (istimewa)
27 Steps of May (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Film 27 Steps of May dibuka dengan cerita May (Raihaanun), saat ia pulang dari taman hiburan. Siswi berseragam SMP ini membawa boneka dan balon. Di tengah jalan, ia diperkosa beberapa pemuda.

Jelang malam, May pulang ke rumah dengan pakaian compang-camping. Ayah May (Lukman) yang tengah membuat taman di samping teras syok. Delapan tahun berlalu sejak tragedi itu, May dibayangi trauma hebat. Sementara ayahnya, melampiaskan amarah dan rasa bersalah di atas ring tinju.

 Interaksi May dan ayahnya sangat dingin. Sejak pemerkosaan itu, ia tak mengucap sepatah kata pun. Kalau pun ada komunikasi, hanya satu arah, dari ayahnya.

 

Suatu hari, May mendapati tembok di dinding kamarnya berlubang. Dari lubang itu, May melihat seorang pesulap (Ario) memainkan beberapa trik, dari menghilangkan koin hingga memunculkan burung merpati dari buku. Sejak itu, kehidupan May berubah. Ia mencicipi beragam emosi dari takut, takjub, marah, bahagia, dan cemburu.

Film 27 Steps of May pada hakikatnya bicara trauma, kesepian, rasa bersalah, dan pelampiasan yang sayangnya tak mampu menyelesaikan masalah. Trauma digambarkan dengan adegan kilas balik yang berkelebatan saat May bersentuhan dengan orang lain, bahkan ayahnya sendiri.

Ia menutup diri dan menutup kemungkinan untuk keluar rumah. Kesepian tergambar dari rutinitas Lukman menyiapkan makanan, beraksi di ring tinju, dan obrolan dengan seorang kurir (Verdi). Saking kesepian, apa pun yang terjadi di sekitarnya selalu dipandang negatif.

 

 

Performa Raihaanun - Ario - Lukman

Aura negatif dari May dan ayahnya memancar, hingga rumah mereka terasa muram dan suram. Raihaanun mengeksekusi karakter May dengan brilian. Nyaris tanpa kata, Raihaanun memperlihatkan kesedihan hingga kehancuran batin lewat rutinitas yang membosankan. Matanya kosong, wajahnya seolah hendak meluapkan sesuatu yang tak dapat diucapkan.

Performa Raihaanun mengundang simpati dan empati penonton. Melihatnya beberapa kali menyayat pergelangan tangan dengan silet membuat hati pilu.

Di sisi lain, Lukman sebagai pemeran pendukung mampu mengimbangi keheningan lawan main dengan emosi yang lebih atraktif. Permainannya di atas ring tinju, keterlambatannya dalam menyadari sinyal-sinyal May yang berusaha bangkit setelah terpuruk menahun, dan semangatnya untuk melanjutkan desain taman merupakan grafik emosi yang membuat film ini bergejolak di beberapa titik.

Ario Bayu, yang muncul di pertengahan film sukses menyita perhatian. Kali pertama muncul di layar dari lubang tembok yang terpapar cahaya, wajah dan senyum tipisnya melambangkan harapan. Dari wajah dan gestur Ario, penonton berani menyemai harapan bahwa ialah yang akan membawa terang untuk karakter utama. 

Penuh Kebisuan

27 Steps of May (istimewa)
27 Steps of May (istimewa)

Naskah buatan Rayya Makarim sepertinya tidak tebal, tak banyak dialog, penuh kebisuan. Di tangan Raihaanun, kebisuan itu menjelma menjadi perjalanan mencari daya selama sewindu. Di tangan Lukman, kebisuan tak berarti diam karena ayah May di sepanjang film tak pernah diam.

Upayanya membuka pintu komunikasi dan mengalahkan rasa bersalah akan diingat penonton. Dan di tangan Ario, kebisuan itu berubah menjadi harapan yang kemudian ditularkan kepada orang lain.

 

Bangkitnya May

27 Steps of May (istimewa)
27 Steps of May (istimewa)

Tanpa ragu, 27 Steps of May salah satu film Indonesia terbaik tahun ini. Naskahnya merefleksikan isu-isu perempuan dalam bingkai keluarga yang tidak utuh. Para pemain film ini tampil gemilang tentu berkat arahan sutradara yang jeli. Film ini diakhiri dengan adegan sarat makna. May melangkah, melakukan sesuatu yang dinantikan banyak orang di sekitarnya. Ini bukan soal bagaimana tragedi bisa terjadi. Namun bagaimana perempuan menemukan dayanya kembali untuk bangkit. 

Adegan akhir film ini mengingatkan kami pada tagline film Rabbit Hole karya John Cameron Mitchell, tahun 2010, yang berbunyi: the only way out is through (satu-satunya jalan keluar adalah menghadapinya).

Raihaanun sangat layak dinominasikan untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI tahun ini. Lukman pun pantas mendapat nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

Pemain: Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, Verdi Solaiman

Produser: Wilza Lubis, Rayya Makarim, Ravi Bharwani

Sutradara: Ravi Bharwani

Penulis: Rayya Makarim

Produksi: Green Glow Pictures, Go Studio

Durasi: 112 menit

 

(Liputan6.com/ Wayan Diananto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya