Liputan6.com, Jakarta Yang sedang ramai diperbincangkan, dipinangnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi salah satu petinggi di Kementerian BUMN Republik Indonesia.
Kabarnya, Ahok dipinang Menteri BUMN Republik Indonesia, Erick Tohir. Pertemuan Ahok dan Erick Tohir dihelat di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, pada Rabu (13/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kepada awak media, Ahok mengaku belum tahu akan ditempatkan di mana. Baginya, tinggi rendah jabatan tidaklah penting.
Yang penting saat ini, kata Ahok, berkontribusi sebaik-baiknya untuk Indonesia.
Yang Penting, Membantu Negara
“Saya tidak tahu. Saya (jabatan) apa saja juga boleh. Yang penting, membantu negara. Jabatan apa di BUMN saya tidak tahu. Mesti bertanya ke Pak Menteri (Menteri BUMN Erick Thohir),” ujar Ahok, pagi itu.
Tak hanya karier politik, Ahok juga disorot publik terkait film biografinya yang masuk daftar pendek Festival Film Indonesia (FFI) 2019.
Advertisement
Tiga Nominasi
Dalam malam pengumuman nominasi Piala Citra yang digelar di Plaza Indonesia Jakarta, Selasa (11/11/2019), film A Man Called Ahok meraih 3 nominasi Piala Citra.
Film A Man Called Ahok menjadi nomine kategori Pengarah Artistik Terbaik (Adrianto Sinaga), Penata Busana Terbaik (Gemailla Gea Geriantiana), dan Penata Rias Terbaik (Jerry Octavianus).
Melenggang di Tangga Box Office
Tak hanya unggul dari aspek kualitas, A Man Called Ahok yang dirilis pada 8 November 2018 menyerap 1,46 juta penonton lebih. Pencapaian ini sekaligus menempatkan A Man Called Ahok sebagai film Indonesia terlaris kesepuluh, tahun lalu.
Banyak pihak terperenyak atas pencapaian A Man Called Ahok di tangga box office, termasuk Ahok sendiri.
Advertisement
Terima Kasih dari Ahok
Kala itu, Ahok menulis sepucuk surat berisi ucapan terima kasih kepada pencinta film Indonesia. "Kepada seluruh penonton film A Man Called Ahok, terima kasih atas dukungannya sehingga telah mencapai jumlah penonton sebanyak satu juta," tulis Ahok.
Saat itu, Ahok masih "menginap" di Mako Brimob Jakarta terkait kasus penistaan agama. Pria kelahiran Belitung Timur, 29 Juni 1966 ini berharap film biografinya menggerakkan hati penonton untuk berbuat jujur. "Majulah demi kebenaran, kejujuran, perikemanusiaan, dan keadilan. Salam dari Mako Brimob," pintanya.