Liputan6.com, Jakarta Sebelum menjadi terkenal seperti saat ini, pesinetron Natasha Wilona bukanlah siapa-siapa. Dirinya bahkan mengaku pernah tinggal di sebuah gubuk dari kayu dengan kondisi lantai dan dinding yang banyak lubang bersama ibundanya.Â
Dalam video di saluran YouTube Natasha Wilona dengan tajuk 'Pernah Tidur di Gubuk? Kisah dan Motivasi Hidup Natasha Wilona Bersama Mama - Part 1' yang tayang 23 April 2019, Natasha bercerita.
Dirinya bersama sang Mama, Theresia menceritakan kehidupan susah yang dijalaninya saat masih tinggal di Banjarmasin. Kehidupannya jauh sekali dari kata mewah, bahkan bisa dibilang hidup Natasha Wilona miris.
Advertisement
Â
Baca Juga
Hidup Susah
"Kita di Banjarmasin hidupnya susah," kata Natasha.Â
Theresia kemudian menjelaskan bahwa mereka pernah tinggal di rumah yang terbuat dari kayu, dan mereka menyebutnya gubuk. Biaya sewa rumah tersebut pun sangat murah, hanya Rp2 juta setahun.
Â
Advertisement
Rumah Kayu
"Kita tinggal di rumah yang terbuat dari kayu. Itu rumahnya murah banget, setahun cuma Rp2 juta," kata Theresia.
Â
Memprihatinkan
Natasha menceritakan kondisi rumah yang pernah dihuninya itu. Kondisinya amat memprihatinkan yakni rumah panggung dengan lantai dan dinding yang penuh lubang.Â
"Bawah lantainya bolong-bolong," kata Natasha.
"Bawahnya air kan biasa rumah di Kalimantan kan suka ada air di bawahnya. Lantainya bolong-bolong. Kalau di sinetron rumah gubuk lah jelek banget," terang ibunda Natasha.
Â
Advertisement
Ketakutan
Bukan hanya itu, Natasha juga mengaku kerap kali ketakutan kala harus ke kamar mandi. Soalnya, di sana gelap, kotor, dan juga banyak binatang curut (tikus kecil).Â
"Langit-langitnya gak ada eternit tapi langsung atap. Tidur pake kelambu karena banyak nyamuk. Dapurnya kotor, abis itu WC nya di luar," papar Theresia.
Â
Curut
"Suka banyak curut malem-malem. Setiap kali mau ke toilet inget banget selalu serem karena gelap, kotor malem-malem suka ada curut kecil takut aja. Tahan kencing," jelas Natasha.Â
Natasha pun menjelaskan bahwa saat itu merupakan titik terendah dalam kehidupannya. Ia berhasil melewati itu semua dan kini telah dikenal sebagai air dan memiliki kehidupan yang jauh lebih layak.
Sumber: Merdeka.com
Advertisement