Liputan6.com, Jakarta Masih ingat film HOS Tjokroaminoto karya Garin Nugroho yang dibintangi Reza Rahadian dan ibunda Al Ghazali? Ya, keterlibatan Maia Estianty tak sekadar sebagai aktris. Ia adalah cicit sang pahlawan.
Dengan demikian, Al Ghazali, El Rumi, dan Dul Jaelani adalah canggah HOS Tjokroaminoto. Baru-baru ini, Al Ghazali dan Dul Jaelani ziarah ke makam HOS Tjokroaminoto.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Momen itu diabadikan di akun Instagram terverifikasi Maia Estianty dan Al Ghazali. Al mengenakan atasan hitam polos dan celana jin biru tua. Dul Jaelani pakai kaus putih lengan panjang celana hitam.
Insyaallah...
Keduanya mengapit nisan HOS Tjokroaminoto yang ditudungi atap dan dipagari. Suasana permakaman tampak asri. Foto lain memperlihatkan Al Ghazali mengecup makam HOS Tjokroaminoto.
“Insyaallah kami akan meneruskan perjuangan mu, eyang,” tulis Al Ghazali lalu menyematkan emotikon hati merah dan tangan menjura. Dua foto ini diunggah pada Jumat (18/12/2020).
Advertisement
Banjir Tanda Hati
Hingga artikel ini disusun, unggahan bintang film Runaway mendapat lebih dari 200 ribu tanda hati dari warganet. Hari yang sama, foto Al Ghazali dan Dul Jaelani ziarah diunggah Maia Estianty.
Penulis lagu “Aku Baik-baik Saja” dan “Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu” menyebut momen ziarah kedua putranya sebagai cara tidak melupakan sejarah atau dari mana mereka berasal.
Tak Lupa Sejarah Ibu
“Alhamdulillah, tidak lupa sejarah ibunya berasal dari siapa. @alghazali7 @duljaelani mampir ke pesarean eyang canggahnya, Eyang Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Jogja. Alfatihah,” cuitnya.
Belum genap tiga jam, lebih dari 50 ribu orang menyukai foto ini. Ratusan komentar menggenangi kolom. Ada yang kirim doa, ada pula yang berbagi pendapat tentang kebesaran HOS Tjokroaminoto.
Advertisement
Bagaikan Guru
“Raja Jawa tanpa mahkota. Guru bapak bangsa, al Fatihah,” ungkap warganet berakun @pakerpam. “Klo saya selalu mengenangnya sebagai Bapak Guru Bangsa Indonesia,” sahut akun @iwaan_27. Di kolom komentar, Maia Estianty mengandaikan HOS Tjokroaminoto adalah guru.
“Ibarat guru ngajarin music, diajarin semua aliran musik. Mau music pop, dangdut, jaz, klasik, semua diajarkan. Tapi bukan untuk menyusahkan penduduk asli, tapi untuk sama-sama melawan penjajahan Belanda saat itu,” pungkasnya.