Liputan6.com, Jakarta - Presenter Irfan Hakim menjadi tamu #BincangBaik bersama Tantri Moerdopo beberapa saat lalu. Pecinta hewan, sekaligus kreator konten kenamaan Indonesia itu ikut membantu kampanye bersama dengan lembaga konservasi kebun binatang, taman safari, taman satwa, dan taman satwa khusus. Mereka juga mengalami dampak sejak pandemi. Untuk memilihara hewan dibutuhkan biaya yang banyak seperti untuk membeli makanan, vitamin, dan kebutuhan harian pada hewan.
Ifan Hakim bercerita saat itu dia sedang membangun sebuah aviary yang kini telah jadi dan diluncurkan. Aviary adalah kandang burung dengan ukuran yang besar sehingga memungkinkan burung untuk terbang dan hidup relatif normal, tidak seperti sangkar kebanyakan yang dimiliki oleh banyak orang. Banyak kisah menarik di baliknya. Termasuk perbincangan terkait kesejahteraan hewan di masa pandemi.
"Ini semacam ruang penelitian atau perpustakaan hidup karena istilahnya bikin ekosistem ada burung, ada unggasnya dan lain-lain. Dan saya menyebutnya sebagai ruang penelitian karena ada beberapa yang di alam tidak terpantau nah kalau di aviary ini karena areanya meski besar namun terbatas, maka bisa kita pantau ada beberapa kegiatan alami yang biasanya kita tidak tahu tapi bisa tertangkap kamera, jadi kita bisa mengetahuinya," kata Irfan dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Advertisement
Â
Baca Juga
Â
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Burung
Irfan kemudian bercerita, terdapat beberapa burung berkicau yang biasa di kurungan kecil, ketika dilepaskan di aviary, dari suaranya berbeda tingkahlakunya juga berbeda, lebih bahagia.
"Ke depan, dengan adanya aviary ini jika burung-burung sudah mencapai kuotanya, maka akan dilepasliarkan di tempat yang seharusnya. Jangan misalnya love bird dilepasliarkan di Indonesia, ya tidak bisa, atau jalak bali, maka dilepaskannya di Bali, demikian juga elang jawa, ya harus dilepasliarkan di Jawa. Nggak bisa hanya dilepas, jadi memang ada ilmunya juga," ujarnya.
Â
Advertisement
Alam Bebas
Meski demikian, Irfan tetap sependapat bahwa sebaiknya memang satwa hidup di alam bebas. "Di sisi lain, kita pun harus realistis di beberapa titik, alamnya tidak lagi memungkinkan untuk satwa itu hidup. Tidak bisa memaksakan diri harus di alam, tapi karena predatornya berlebihan, lingkungan tidak memungkinkan, sumber makanan tidak ada, apakah itu justru tidak menyengsarakan?" tanya Irfan.
Irfan melanjutkan, membuat lembaga konservasi atau juga penangkaran juga harus dilihat kesejahteraan satwanya seperti apa termasuk makanan dan kesehatannya. Menurut Irfan, binatang tidak minta dipelihara, tapi saat kita memutuskan memelihara hewan artinya juga harus menyayanginya supaya lestari dan berkembang biak, harus maksimal, tidak bisa main-main, termasuk memperhitungkan ruang gerak yang maksimal, makanan bergizi yang maksimal, perawatan dan kesehatannya juga hingga memikirkan kebahagiaannya.
Â
Anggaran bulanan
Irfan juga tidak menampik kisah anggaran rumah tangga yang jauh lebih kecil dibandingkan anggaran untuk merawat binatang. "Ya itu nyata, mungkin karena yang saya tanggungjawabkan itu lebih banyak, kurang lebih ya tiga kali lipat uang belanja istri. Ini adalah upaya untuk membuat hewan-hewan ini lebih sejahtera termasuk untuk membayar tujuh penjaga dan perawat hewan, juga sekarang ada satu dokter hewan yang menetap. Ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab saya pada hewan yang saya rawat. Dan itu berbiaya tinggi, saya mengiyakan," ujarnya.
Satwa bagi Irfan sama seperti makhluk hidup yang lain, tidak bisa sehat dan bugar terus, ada kadang sakit, ada yang meninggal karena usia, atau bentrokan dengan satwa yang lain sehingga harus dijaga.
"Itulah mengapa mempekerjakan perawat hewan untuk mewakilkan mata dan tangan saya. Kita juga harus menyediakan oksigen dan obat-obatan," ujarnya.
Â
Advertisement
Makanan
Irfan yang masuk sebagai 10 besar Youtuber Indonesia untuk konten satwa ini juga bercerita pada saat pagi hari di rumahnya sudah mirip katering. "Banyak sekali bahan makanan, sayur-sayuran dan segala macam. Untungnya saya punya istri dan keluarga yang sevisi dan semisi, punya tanggungjawab yang sama jadi bahkan kalau ada yang berkembangbiak, istri saya justru senang ketimbang ada hewan yang sakit," ujarnya.
Dia juga berpesan, pandemi bukanlah semangat menerima bantuan, tapi juga semangat memberi. Saling membantu sesama makhluk hidup. Justru di masa pandemi ini menjadi ladang pandemi yang besar.