Liputan6.com, Jakarta Dunia seni peran di seluruh dunia selalu mencetak nama-nama yang patut disegani. Di Indonesia, terdapat seorang Slamet Rahadjo yang kiprahnya dalam berakting sudah tak diragukan lagi.
Nama Slamet Rahardjo sudah dikenal sejak 1971 setelah pria kelahiran Serang, Banten, 21 Januari 1949 ini terlibat dalam film berjudul Wadjah Seorang Laki-Laki. Sejak saat itu, Slamet tampil setiap tahun di layar lebar.
Figur seorang Slamet Rahardjo pun menjadi salah satu aktor yang disegani masyarakat dan juga rekan-rekan seprofesi baik yang seangkatan maupun para penerusnya berkat prestasi yang telah diraih.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Patut Digali
Mungkin banyak generasi sekarang masih belum mengenal atau mulai melupakan aktor kawakan satu ini. Terlebih dengan mulai banyaknya deretan artis peran pria muda yang mulai menjadi perhatian publik.
Maka dari itu, rasanya sosok seorang Slamet Rahardjo patut untuk dikenal dan digali lebih dalam. Melansir dari berbagai sumber, inilah kiprah dan jejak kehidupan seorang Slamet Rahardjo yang sukses menjadi aktor lintas generasi sejak 1970-an hingga sekarang.
Advertisement
Awal Karier
Pemilik nama lengkap Slamet Rahardjo Djarot ini memulai karier di dunia akting melalui dunia teater setelah ia bertemu dengan Teguh Karya.
Berawal dari mempersiapkan set pertunjukan, Slamet Rahardjo kemudian menjadi tokoh utama dalam pentas Teater Populer berjudul Hantu yang dipentaskan sekitar tahun 1969.
Slamet Rahardjo menapakkan kiprahnya di dunia layar lebar sejak tahun 1971 dengan bermain film Wadjah Seorang Laki-Laki karya sutrdara Teguh Karya yang dibintangi Rima Melati dan WD Mochtar.
Pada tahun 1973, Slamet Rahardjo langsung ditunjuk sebagai pemeran utama pria dalam film Cinta Pertama yang juga disutradarai Teguh Karya serta dibintangi oleh aktris kawakan Christine Hakim.
Putra dari pasangan Sjarot Djojoprawiro dan Ennie Tanudiredja ini langsung menjadi sorotan sepanjang dekade 1970-an dengan membintangi film-film Teguh Karya, mulai dari Ranjang Pengantin, Kawin Lari, Perkawinan dalam Semusim, Badai Pasti Berlalu, hingga November 1828.
Menjadi Sutradara di Era 1980-an
Pada tahun 1979, Slamet Rahardjo memulai debutnya sebagai sutradara dalam film Rembulan dan Matahari. Film ini masuk dalam nominasi Film Terbaik di Festival Film Indonesia 1979.
Dekade 1980-an menjadi era bersinarnya karier Slamet Rahardjo. Selain masih menjadi aktor dalam film-film Teguh Karya, ia juga melanjutkan karier sebagai sutradara.
Sebut saja film Seputih Hatinya Semerah Bibirnya, Ponirah Terpidana, Kembang Kertas, Kodrat, dan Kasmaran. Di era ini juga Slamet tampil dalam film-film bergengsi, yakni Di Balik Kelambu, Kodrat, dan Tjoet Nja' Dhien.
Dalam film Kodrat, Slamet yang juga menyutradarainya, masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia kategori Pemeran Utama Pria Terbaik serta menang piala untuk kategori Sutradara Terbaik.
Advertisement
Sinetron di Era 1990-an
Era 1990-an yang marak dengan penayangan sinetron di televisi, menggelitik Slamet Rahardjo untuk bisa ikut terlibat di dalamnya. Setelah menyutradarai film Langitku Rumahku pada tahun 1990, ayah dua anak ini mulai sering tampil di layar kaca.
Suro Buldog, Demi Cinta dan Anakku, Istri Pilihan, dan Oh Ibu dan Ayah Selamat Pagi adalah judul-judul sinetron yang pernah melibatkan seorang Slamet Rahardjo.
Kembali di Era 2000-an
Era 2000-an ketika film bioskop Indonesia mulai kembali bergairah, Slamet Rahardjo kembali tampil di film-film fenomenal seperti Pasir Berbisik, Laskar Pelangi, Ketika Cinta Bertasbih.
Di era ini juga Slamet Rahardjo menjadi sutradara untuk terakhir kalinya dalam film Marsinah yang diangkat dari kisah nyata seorang aktivis buruh wanita yang diculik dan ditemukan tewas pada tahun 1993.
Advertisement
Sampai Sekarang
Bahkan pada era 2010-an sampai sekarang, Slamet Rahardjo juga tampil di berbagai film produksi modern yang memiliki konsep beragam bersama aktor dan aktris muda Tanah Air.
Mulai dari film komedi Alangkah Lucunya (Negeri Ini), drama sejarah seperti Sang Pencerah dan Sang Penari, drama kolosal Gending Sriwijaya dan Pendekar Tongkat Emas, sampai film pahlawan super Garuda Superhero.
Slamet Rahadjo juga tampil di sejumlah film adaptasi terkenal seperti Filosofi Kopi dan Critical Eleven yang berasal dari novel, serta Sweet 20 dari adaptasi film Korea Selatan.
Film-film fenomenal lain di era 2010-an juga melibatkan Slamet Rahardjo seperti Susah Sinyal, Petualangan Menangkap Petir, dan Ghost Writer. Pada 2020 lalu, Slamet turut tampil dalam film Buku Harianku dan Wedding Proposal pada 2021.
Keluarga
Slamet Rahardjo merupakan anak dari Sjarot Djojoprawiro dan Ennie Tanudiredja. Sang ayang adalah seorang anggota Angkatan Udara.
Ia juga memiliki dua orang adik, yakni sineas dan penata musik Eros Djarot serta seniman bernama Hendro Djarot. Slamet Rahardjo pernah tampil dalam film yang disutradarai Eros Djarot, Tjoet Nja' Dhien.
Pernikahannya dengan Mira Surianegara pada tahun 1984 dikaruniai dua orang anak.
Advertisement
Pendidikan dan Karier sebagai Dosen
Bersinar dunia akting, perjalanan Slamet Rahardjo di dunia pendidikan menyimpan kegetiran tersendiri. Setelah lulus dari sekolah negeri di Yogyakarta, Slamet Rahardjo melanjutkan pendidikan di Akademi Film Nasional.
Sayangnya akademi tersebut tutup sebelum Slamet menyelesaikan pendidikan. Slamet pun pindah ke Akademi Teater Nasional Indonesia yang juga bubar selama ia menjadi siswa di sana.
Namun begitu, Slamet Rahardjo menjalani pendididikan secara otodidak sambil serius menekuni akting. Hingga akhirnya, ia menjadi dosen di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) serta dosen tamu di Monash University.
Penghargaan
Penghargaan yang pernah diraih Slamet Rahardjo selama berakting cukup banyak. Mulai dari Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film Ranjang Pengantin di Piala Citra FFI 1975, lalu kategori yang sama untuk film Di Balik Kelambu dalam Piala Citra FFI 1983, serta Aktor Sinetron Terpuji dalam sinema KepadaMu Aku Pasrah di FFI 2003.
Bahkan Slamet Rahardjo pernah memenangkan kategori Pemeran Pendukung Pria Terfavorit dalam film Sweet 20 di ajng Indonesian Movie Actors Awards 2018.
Tak sampai di situ, Slamet juga ditunjuk untuk menerima Lifetime Achievement pada Festival Film Bandung 2012, dan Piala Citra Livetime Achievement Awards dalam Festival Film Indonesia 2014.
Advertisement
Patut Dijuluki Legenda
Melihat kariernya yang sangat cemerlang serta dedikasinya yang sangat tinggi di dunia akting hingga usia lanjut dan tampil lintas generasi, tak berlebihan bila kelak kita menyebut Slamet Rahardjo tak hanya sebagai aktor kawakan, namun juga aktor legendaris Tanah Air.