Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri

LSF bersama Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu, 27 Juli 2022 sepakat untuk bersama membangun kesadaran masyarakat dalam memilah dan memilih tontonan.

oleh Surya Hadiansyah diperbarui 27 Jul 2022, 17:40 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2022, 17:40 WIB
Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri
Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri.

Liputan6.com, Jakarta Sejak penghujung tahun 2021 lalu, Lembaga Sensor Film (LSF) mencanangkan sebuah kampanye Gereakan Nasional Budaya Sensor Mandiri. Gerakan ini budaya sensor yang seharusnya dilakukan oleh para produsen film sebelum mereka mendaftarkan film mereka kepada LSF untuk ditayangkan ke masyarakat luas.

Sementara bagi masyarakat, disarankan untuk melakukan sensor mandiri dengan mengacu kepada kategori usia film untuk menonton film sesuai usianya. Terkait tugas literasi ini beberapa bentuk kegiatan telah dilakukan oleh LSF dalam kurun waktu dua tahun ke belakang.

Berbagai bentuk usaha LSF dalam melakukan kampanye Budaya Sensor Mandiri tidak dilakukan sendiri, melainkan dengan menjalin kerja sama baik melalui penandatanganan nota kesepahaman juga dengan menggandeng berbagai pihak.

LSF bersama Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu, 27 Juli 2022 sepakat untuk bersama membangun kesadaran masyarakat dalam memilah dan memilih tontonan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Koordinasi

Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri.
Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri.

Pada kesempatan ini Ketua LSF mengatakan bahwa LSF sudah berkoordinasi dengan GPBSI tentang pentingnya menanamkan kesadaran sensor mandiri bagi masyarakat.

"Pekan lalu LSF melakukan koordinasi dengan GPBSI, ada hal yang menarik, dua hal penting yang saya sampaikan, pertama. Selama ini kami selalu rutin melakukan koordinasi. salah satu hal yang penting menjadi poin diskusi adalah mengenai sensor mandiri. Yang mana, para penonton bisa memilah dan memilih sendiri klasifikasi usia penontonnya," kata Rommy Fibri Hardiyanto.

GPBSI menyatakan kesiapan untuk mendukung Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang telah dicanangkan LSF. Gelaran konferensi pers ini dihadiri oleh Ketua LSF, Rommy Fibri Hardiyanto didampingi oleh Wakil Ketua LSF, Ervan Ismail dan Anggota LSF. Turut hadir pula Ketua Umum GPBSI, Djonny Syafruddin dan beberapa perwakilan pengusaha bioskop seperti Cinema XXI, CGV, dan Cinepolis.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Berbagai Upaya

Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri.
Lembaga Sensor Film Gandeng Pengusaha Bioskop, Kampanyekan Budaya Sensor Mandiri.

Pihak pengelola bioskop pun sudah melakukan berbagai cara untuk memberikan informasi terkait film dan penggolongan usia penontonnya melalui berbagai media. Sebut saja dengan menayangkan telop, yaitu tayangan singkat yang berisi informasi mengenal film seperti judul, durasi, nomor Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) dan tentu saja peruntukkan usianya.

Tidak hanya itu, petugas ground yang bertugas baik dari pembelian karcis hingga masuk studio pun kerap mengingatkan dan mengimbau penonton untuk tidak membawa anak di bawah umur saat menonton. Pada layar di loket pembelian karcis juga pihak pengelola bioskop sudah mencantumkan usia peruntukkan film sebagai informasi bagi penonton yang akan membeli tiket dalam memilih tontonan mereka.

"Bioskop menayangkan film sesuai ketentuan dari LSF, permasalahannya sekarang, ketika ditegur orangtuanya marah, memaksakan ke dalam, di dalam muncul masalah lagi, anaknya nangis dsb kami memaklumi itu. Kami tidak ada kewenangan untuk menindak anak di bawah umur masuk bioskop. Itu yang saya rasa harus bisa kita atasi bersama lewat gerakan Budaya Sensor Mandiri," kata Djonny Syafruddin.

 


Komitmen

Tidak berhenti sampai disitu, LSF dan GPBSI memiliki komitmen untuk berkolaborasi dalam meningkatkan literasi kepada penonton agar lebih bijak dalam memilah dan memilih tontonan. Beberapa hal yang akan dilakukan adalah membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait film yang akan tayang atau akan ditonton melalui Panduan Film LSF.

Panduan Film LSF ini dapat diakses di laman LSF www.lsf.go.id, media sosial LSF, dan dapat diperoleh secara langsung buku Panduan Film LSF di beberapa gedung bioskop. Tidak hanya itu LSF juga berencana menempatkan beberapa media publikasi dan informasi di beberapa gedung bioskop seperti banner dan sejenisnya sebagai sumber informasi dan edukasi terkait dengan Budaya Sensor Mandiri.

"Hal ini sudah direncanakan pada pertemuan antara LSF dan GPBSI sebelumnya dan sedang dalam tahap persiapan untuk kami kembangkan. Pada saat launching nanti tentu kami akan turut menyertakan rekan-rekan media." Ujar Ketua LSF, Rommy Fibri Hardiyanto.

infografis journal
infografis journal Fakta Film Horor Digemari Masyarakat Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).  
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya