Perusahaan Bioteknologi Indonesia MYCL Jadi Finalis The Earthshot Prize Pangeran William

Dalam situs The Earthshot Prize, penghargaan lingkungan yang digagas Pangeran William, MYCL disebut menawarkan solusi cerdas atas isu limbah perkebunan kelapa sawit dan polusi udara.

oleh Ratnaning Asih diperbarui 25 Sep 2024, 15:30 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2024, 15:30 WIB
Pangeran William. (Instagram/ earthshotprize)
Dalam situs The Earthshot Prize, penghargaan lingkungan yang digagas Pangeran William, MYCL disebut menawarkan solusi cerdas atas isu limbah perkebunan kelapa sawit dan polusi udara. (Instagram/ earthshotprize)

Liputan6.com, Jakarta Pangeran William baru saja mengumumkan 15 finalis The Earthshot Prize 2024, penghargaan untuk inisiatif penyelamatan lingkungan. Hal ini disampaikan dalam video singkat yang diunggah ke akun resmi The Earthshot Prize dan Pangeran dan Putri Wales pada Selasa (24/9/2024) kemarin. 

"Dengan sukacita saya mengumumkan 15 finalis baru untuk The Earthshot Prize. Solusi ini termasuk hal paling menarik dan inovatif yang pernah kami lihat," kata Pangeran William dalam videonya. 

Salah satu kandidat pemenang penghargaan ini rupanya berasal dari Indonesia, perusahaan bioteknologi Mycotech Lab atau MYCL, yang masuk dalam kategori "To Clean Our Air (Untuk membersihkan Udara Kita)." 

"Keindahan di balik teknologi mycelium ini adalah kita bisa menciptakan lebih banyak inovasi untuk menyelamatkan planet," kata Adi Reza, Co-Founder dan CEO MYCL, dalam video yang sama. 

Dalam situs The Earthshot Prize, disebutkan bahwa solusi yang ditawarkan MYCL berkaitan dengan limbah perkebunan kelapa sawit dan polusi udara. 

"Indonesia adalah eksportir minyak kelapa sawit terbesar dunia, dan kontributor signifikan kepada polusi udara. Setelah minyak sawit diekstraksi dari buahnya, sisa serat dan kulitnya biasanya dibakar, sehingga melepaskan bahan kimia dan karbon ke udara, sehingga menimbulkan polusi udara parah yang mengancam kesehatan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya," begitu pernyataan dalam situs ini. 

MYCL menawarkan alternatif lain, yang membuat limbah perkebunan kelapa sawit bisa dimanfaatkan kembali. 

 

Dipuji Memberi Solusi Cerdas untuk 2 Masalah Sekaligus

Solusi yang ditawarkan MYCL bak perumpamaan sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. 

"MYCL dengan cerdas memecahkan dua masalah sekaligus – membeli limbah tanaman sebelum dibakar, sehingga memberikan sumber pendapatan tambahan bagi petani," tulis pihak The Earthshot Prize.

Ditambahkan, "Mereka kemudian menciptakan alternatif inovatif pengganti kulit yang dapat digunakan di banyak sektor lain, mulai dari pakaian dan sepatu, mobil, hingga furnitur."

Alternatif Pengganti Kulit

MYCL bekerja dengan mengubah limbah tanaman menjadi lembaran halus, dan menggunakan teknologi budidaya jamur untuk kultivasi mycelium. Hal ini kemudian diproses dengan menggunakan teknik bio-engineering untuk memproduksi material sustainable yang serupa kulit.

Inovasi ini ikut menjadi jalan keluar untuk produksi komoditas kulit tradisional, yang umumnya menggunakan zat beracun yang berkontribusi terhadap pencemaran global. 

Dua Kandidat Lain di Kategori To Clean Our Air

Selain MYCL, dalam kategori "To Clean Our Air" ada dua kandidat pemenang lain. Mereka adalah d.light dari Kenya dan Green Africa Youth Organization atau GAYO dari Ghana.

Gerakan d.light bergerak menyediakan energi bersih dan murah di pedalaman Afrika. Sementara itu GAYO merupakan proyek ambisius yang bertujuan mengubah perilaku pengelolaan limbah di Afrika. 

Pemenang The Earthshot Prize akan digelar dalam seremoni penghargaan di Cape Town, Afrika Selatan, pada 6 November 2024 mendatang

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya