Datang dari negeri matahari terbit, X Japan telah menjadi salah satu band visual kei yang sangat dikenal serta disukai oleh penikmat musik Jepang. Dibentuk oleh sang maestro Yoshiki, jenis musik hard rock dan heavy metal menghiasi setiap lagu yang mereka ciptakan.
Band asal Chiba ini bermula dari minat Yoshiki untuk terjun ke dunia musik pada 1977 silam saat usianya masih 12 tahun. Bermodalkan kemampuan seadanya, ia pun menarik Toshi ke dalam kerasnya dunia musik rock.
Setelah membubarkan bandnya yang bernama Noise pada 1982, akhirnya Yoshiki pun membentuk sebuah band metal yang ia beri nama X. Bersama Toshi, ia pun menarik beberapa personel lain seperti Hide, Pata dan Taiji.
Setelah tergabung ke dalam X, kelima pemuda tersebut pun tampil dengan dandanan seram dan rambut dibuat berdiri. Semuanya tidak tampak canggung saat tampil di panggung maupun televisi.
Bingung dalam mencari label tempat mereka bernaung, akhirnya Yoshiki berinisiatif membangun sebuah label bernama Extasy Records pada 1986. Label inilah yang hingga kini juga menjadi rumah bagi band-band lain seperti Glay, Tokyo Yankees, hingga Luna Sea.
Berkat label ciptaannya, Yoshiki telah membuat segudang lagu yang menjadi karya-karya andalan bandnya. Antara lain 'Kurenai', 'Endless Rain', dan 'Week End'. Album-album seperti 'Blue Blood' dan 'Jealousy' disambut dengan sangat antusias oleh para pendengar musik.
Pada 1992, nama X berganti menjadi X Japan dikarenakan mirip dengan salah satu band punk Amerika. Hal ini turut menandakan keyakinan mereka sebagai salah satu band metal asal Jepang yang bisa mendapat pengakuan dari dunia.
Bassis pertama mereka, Taiji (sudah wafat pada 2011 lalu) keluar pada 1992. Akhirnya, Heath pun mengambil alih posisi kosong itu hingga X Japan bisa bangkit kembali.
Salah satu karya unik yang pernah mereka buat adalah 'Art of Life'. Lagu yang dibuat dengan perpaduan unsur piano klasik dan rock simfoni ini, dibuat dalam durasi mendekati 30 menit lamanya.
Karya-karya X Japan pun berlanjut. 'Tears', 'Scars', dan 'Rusty Nail' menjadi tembang yang sangat dikenang oleh para fans. Lagu-lagu tersebut pun dimasukkan ke dalam album yang diberi judul 'Dahlia' pada 1996.
Sayangnya, pada 1997, mereka pun membubarkan diri karena sudah tidak sanggup lagi meneruskan eksistensi band. Nama X Japan pun menjadi telah sejarah di industri permusikan Jepang.
Bahkan, kabar duka sempat menyelimuti X Japan. Hide, sang mantan gitaris wafat pada 1998 di usianya yang ke-33. Padahal, saat itu karier solonya sedang berjalan sangat cemerlang.
Tampak kurang puas dengan proyek masing-masing, X Japan pun akhirnya reuni kembali pada 2007 dan mengadakan konser besar. Bahkan, tak lama kemudian mereka membuat lagu berjudul 'I.V.' yang menjadi soundtrack 'Saw IV'.
Kini, nama X Japan masih terus dikenang dan diharapkan bisa bangkit kembali menghujam industri musik dunia. Dengan mengajak mantan gitaris Luna Sea, Sugizo sebagai pengganti Hide, eksisteni mereka ke depannya dipastikan bakal lebih kuat lagi.(Rul)
Band asal Chiba ini bermula dari minat Yoshiki untuk terjun ke dunia musik pada 1977 silam saat usianya masih 12 tahun. Bermodalkan kemampuan seadanya, ia pun menarik Toshi ke dalam kerasnya dunia musik rock.
Setelah membubarkan bandnya yang bernama Noise pada 1982, akhirnya Yoshiki pun membentuk sebuah band metal yang ia beri nama X. Bersama Toshi, ia pun menarik beberapa personel lain seperti Hide, Pata dan Taiji.
Setelah tergabung ke dalam X, kelima pemuda tersebut pun tampil dengan dandanan seram dan rambut dibuat berdiri. Semuanya tidak tampak canggung saat tampil di panggung maupun televisi.
Bingung dalam mencari label tempat mereka bernaung, akhirnya Yoshiki berinisiatif membangun sebuah label bernama Extasy Records pada 1986. Label inilah yang hingga kini juga menjadi rumah bagi band-band lain seperti Glay, Tokyo Yankees, hingga Luna Sea.
Berkat label ciptaannya, Yoshiki telah membuat segudang lagu yang menjadi karya-karya andalan bandnya. Antara lain 'Kurenai', 'Endless Rain', dan 'Week End'. Album-album seperti 'Blue Blood' dan 'Jealousy' disambut dengan sangat antusias oleh para pendengar musik.
Pada 1992, nama X berganti menjadi X Japan dikarenakan mirip dengan salah satu band punk Amerika. Hal ini turut menandakan keyakinan mereka sebagai salah satu band metal asal Jepang yang bisa mendapat pengakuan dari dunia.
Bassis pertama mereka, Taiji (sudah wafat pada 2011 lalu) keluar pada 1992. Akhirnya, Heath pun mengambil alih posisi kosong itu hingga X Japan bisa bangkit kembali.
Salah satu karya unik yang pernah mereka buat adalah 'Art of Life'. Lagu yang dibuat dengan perpaduan unsur piano klasik dan rock simfoni ini, dibuat dalam durasi mendekati 30 menit lamanya.
Karya-karya X Japan pun berlanjut. 'Tears', 'Scars', dan 'Rusty Nail' menjadi tembang yang sangat dikenang oleh para fans. Lagu-lagu tersebut pun dimasukkan ke dalam album yang diberi judul 'Dahlia' pada 1996.
Sayangnya, pada 1997, mereka pun membubarkan diri karena sudah tidak sanggup lagi meneruskan eksistensi band. Nama X Japan pun menjadi telah sejarah di industri permusikan Jepang.
Bahkan, kabar duka sempat menyelimuti X Japan. Hide, sang mantan gitaris wafat pada 1998 di usianya yang ke-33. Padahal, saat itu karier solonya sedang berjalan sangat cemerlang.
Tampak kurang puas dengan proyek masing-masing, X Japan pun akhirnya reuni kembali pada 2007 dan mengadakan konser besar. Bahkan, tak lama kemudian mereka membuat lagu berjudul 'I.V.' yang menjadi soundtrack 'Saw IV'.
Kini, nama X Japan masih terus dikenang dan diharapkan bisa bangkit kembali menghujam industri musik dunia. Dengan mengajak mantan gitaris Luna Sea, Sugizo sebagai pengganti Hide, eksisteni mereka ke depannya dipastikan bakal lebih kuat lagi.(Rul)