Liputan6.com, Jakarta - Berwisata sejarah di Kota Pahlawan tak akan ada habisnya. Sebagai kota yang sudah lahir sejak 1293, banyak gedung berumur tua berdiri di Surabaya, Jawa Timur.
Surabaya juga menjadi salah satu kota yang sempat disinggahi penjajah Belanda dan Jepang. Tak heran bila gedung tua di Surabaya menyimpan banyak cerita.
Tak ada salahnya bila mengunjungi gedung bersejarah. Selain mengisi waktu, kita juga mendapat ilmu tentang sejarah yang terukir di Surabaya.
Advertisement
Berikut ini enam bangunan bersejarah di Surabaya yang wajib dikunjungi, seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:
1. House of Sampoerna
House of Sampoerna, salah satu museum yang menjelaskan tentang serba serbi rokok. Pengunjung dapat melihat sejarah rokok sampai cara pembuatannya sendiri.
Baca Juga
Sebelum beralih menjadi museum, bangunan ini merupakan panti asuhan yang dikelola pemerintah Belanda. Namun setelah itu, gedung ini dibeli oleh pendiri Sampoerna, Liem Seeeng Tee. Gedung itu pun akhirnya dijadikan tempat produksi rokok pertama Sampoerna sebelum akhirnya menjadi museum.
House of Sampoerna ada di Jalan Taman Sampoerna Nomor 6, Surabaya dan buka setiap hari pukul 09:00 – 18:00. Pengunjung tidak dipungut biaya untuk masuk ke museum ini.
2. Gedung PTPN XI
Kantor pusat PTPN XI adalah peninggalan gedung era kolonial Belanda yang dibangun pada 1878. Sebelumnya, bangunan ini digunakan menjadi tempat Haandels Vereeniging Amsterdam (HVA) Comidites Straat atau disebut asosiasi pedagang Amsterdam.
Pada zaman itu, HVA adalah bisnis perkebunan khususnya industri gula. Selain itu, terdapat pula fasilitas kesehatan dengan adanya RS HVA Toelongredjo yang sebelumnya bernama Inlandsch Hospital Toelongredjo.
Walau umurnya sudah tua, Gedung PTPN XI ini anti gempa. Gedung ini juga sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya.
3. Gedung De Javasche
Gedung inilah saksi cerita awal perbankan Indonesia. Sudah berdiri sejak September 1929, gedung ini bergaya arsitektur neo renaissance yang dilengkapi dengan ukiran khas Jepara di setiap pilar-pilarnya.
Sejak 1953, gedung ini berubah menjadi Bank Indonesia dan resmi menjadi cagar budaya pada 2012. Kini, di gedung berlantai tiga ini, pengunjung dapat melihat banyak peninggalan bersejarah. Pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya bila ingin masuk ke dalamnya. Lokasi De Javasche ini beralamat di Jalan Garuda Nomor 1, Surabaya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Hotel Majapahit
4. Hotel Majapahit
Pada zaman Indonesia masih dijajah oleh kolonial, hotel ini lebih dikenal dengan Hotel Yamato atau Hotel Oranje. Hotel yang sudah didirikan sejak 1911 ini, terletak di Jalan Tunjungan. Hotel ini sempat menjadi pusat kehidupan sosial orang Eropa di Surabaya.
19 September 1945 lampau, Hotel Majapahit menjadi tempat arek-arek Surabaya memperjuangkan harga diri kemerdekaan Indonesia. Di sinilah insiden perobekan bendera merah putih biru terjadi atau disebut juga dengan peristiwa “Het Vlag Incident”.
5. Gedung Siola
Gedung Siola adalah salah satu aset bersejarah yang Surabaya miliki. Sepanjang perjalanannya, gedung ini mengalami beberapa kali peralihan fungsi.
Kisah Gedung Siola bermula pada 1877, menjadi tempat pengusahaan tekstil besar oleh investor berkebangsaan Inggris, Robert Laidlaw. Kemudian gedung ini juga sempat dibeli oleh pengusaha asal Jepang dan diberi nama “Toko Chiyoda”.
Hingga akhirnya pada 2015, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) beserta jajarannya meresmikan Gedung Siola menjadi museum dengan nama Museum Surabaya. Museum Surabaya menyimpan kurang lebih 1000 benda bersejarah yang berkaitan dengan perjalanan Surabaya.
6. Gedung Cerutu
Ciri khas dari gedung bersejarah selanjutnya terletak di bagian menaranya. Sesuai dengan namanya, menara dari gedung ini berbentuk cerutu.
Walau sudah dibangun sejak 1916, gedung ini masih tetap berdiri dengan keadaan utuh dan terawat. Dahulu, gedung ini dibangun untuk kantor perusahaan gula N.V. Maatsschappij Tot Exploitatie van Het Bureau Gebroders Knaud. Gedung ini juga pernah dijadikan Kantor Said Oemar Bagil dan kantor Bank Bumi Daya.
(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)
Advertisement