6 Hal Tentang Jazilul Fawaid, Pimpinan MPR Asal Gresik

Jazilul Fawaid lahir di Pulau Bawean, Gresik pada 5 Desember 1971.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2019, 23:30 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2019, 23:30 WIB
Sambut Hari Santri Nasional 2018, PKB Luncurkan Musabaqoh Kitab Kuning
Ketum PKB Muhaimin Iskandar (kanan) berbincang dengan Ketua Panitia Hari Santri Nasional 2018 Jazilul Fawaid saat launching Musabaqoh Kitab Kuning di Jakarta, Minggu (14/10). Launching tersebut dalam rangka memperingati HSN 2018. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Jazilul Fawaid menjadi salah satu dari 10 pimpinan MPR yang dilantik dalam Rapat Paripurna MPR pada Kamis 3 Oktober 2019. Jazilul bukanlah orang baru di Senayan. Pria kelahiran Gresik Jawa Timur ini merupakan anggota DPR petahana periode 2014-2019.

Kala itu, ia duduk di komisi V membidangi infrastruktur, transportasi, daerah tertinggal dan transmigrasi, meteorologi, klimatologi, dan geofisika, serta pencarian dan pertolongan.

Jazilul lahir di Pulau Bawean, tepatnya di sebelah utara Gresik Provinsi Jawa Timur pada 5 Desember 1971. Putra pasangan M Sunan Hamli dan Insiyah ini sejak kecil telah tumbuh di lingkungan yang religius. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru agama.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid resmi ditetapkan sebagai salah satu pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2019-2024.

Jazilul yang berasal dari Kota Gresik ini menjadi satu dari 10 pimpinan MPR yang dilantik dalam Rapat Paripurna MPR yang diselenggarakan di Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis malam 3 Oktober 2019, dilansir dari Antara.

 

 

Saksikan Video Pilihan Di Bawah Ini

Berikut 6 Hal Tentang Jazilul Fawaid

1. Jadi Anggota DPR 1 Tahun

Suami dari Chalimatus Sa’diyah ini pada 2009 maju dalam pemilihan calon anggota legislatif dari PKB dan berkompetisi pada daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur II meliputi wilayah Pasuruan dan Probolinggo.

Saat itu, dia menempati posisi kedua, kalah jumlah suara dari adik pendiri PKB, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Lily Chadijah Wahid yang menduduki peringkat teratas caleg PKB di dapil Jawa Timur II. Namun pada Maret 2013 Jazilul dilantik menjadi anggota DPR RI dalam pergantian antar waktu (PAW) anggota Fraksi PKB menggantikan Lily Wahid untuk sisa waktu periode 2013-2014.

2. Tiga Kali jadi Anggota DPR

1. Pada Maret 2013, Jazilul dilantik menjadi anggota DPR RI dalam pergantian antar waktu (PAW) anggota Fraksi PKB menggantikan Lily Wahid untuk sisa waktu periode 2013-2014.

2. Selanjutnya, dirinya terpilih kembali menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 dengan perolehan 94.147 suara.

3. Pada Pemilihan Legislatif 2019, Jazilul kembali mencalonkan diri. Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) itu berhasil menjadi anggota DPR untuk ketiga kalinya dengan perolehan 186.838 suara.

3. Tiga Kali Dipanggil KPK Sebagai Saksi

1. Menjadi saksi untuk tersangka Dharnawati dalam kasus suap pejabat Kementerian Tenaga Kerja pada September 2011. Suap tersebut berkaitan dengan proyek Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) di Kawasan Transmigrasi untuk 19 kabupaten senilai Rp 500 miliar.

2. Pada April 2017, Jazilul diperiksa KPK sebagai saksi dalam kasus dugaan suap proyek di bawah Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atas tersangka Komisaris PT Cahaya Mas Sok Kok Seng.

3. Pada Agustus 2019 KPK memanggil Jazilul sebagai saksi untuk tersangka Direktur atau Komisaris PT Sharleen Raya (JECO Group) Hong Artha John Alfred (HA) soal hadiah terkait proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tahun Anggaran 2016.

 

4. Lulusan Pesantren, Kuasai Ilmu Alquran

Setelah menamatkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’rif Islamiyah, Kertosono, Gresik, Jazilul muda melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum, Gresik, pimpinan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) KH. Ma’shum Sufyan (Alm).

Di pondok pesantren ini pula Jazilul mulai mengenal organisasi NU. Setelah mengenyam pendidikan pesantren selama enam tahun, Dia kemudian hijrah ke Jakarta dan menempuh pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) serta S2 di Istitut Ilmu AL Quran (IIQ).

5. Pernah Jadi Staf Ahlinya Muhaimin (Cak Imin)

Kedekatannya dengan Cak Imin membawa karier politik Jazilul perlahan tapi pasti merangkak naik. Dia dipercaya sebagai staf ahli bidang industri perdagangan dan pembangunan ketika Muhaimin menjabat wakil ketua DPR  2006-2009.

Ketika Muhaimin ditunjuk oleh Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menjabat menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Jazilul lagi-lagi dipercaya menempati posisi sebagai staf khusus menteri selama empat tahun (2009-2013).

6. Dosen yang Aktif di Berbagai Organisasi Islam

Karir politik Jazilul dimulai ketika dirinya aktif berkegiatan di organisasi NU Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Di dalam organisasi ini, pria yang akrab disapa Cak Jazil tersebut mulai berjejaring dengan tokoh-tokoh muda NU. Bahkan dirinya juga tercatat sebagai dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) itu

Pada 1999, mantan Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini dipercaya menjabat sebagai wakil sekjen Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa yang notabene merupakan organisasi sayap PKB.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya