Perang Dagang AS-China Tekan Ekspor Jawa Timur

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, Desak Nyoman Siksiawati menyatakan, sejumlah tantangan baik eksternal dan internal pengaruhi ekspor Jawa Timur.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 25 Okt 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 09:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kepala Bidang Perdagangan Internasional Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, Desak Nyoman Siksiawati. (Foto: Liputan6/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur memaparkan sejumlah tantangan meningkatkan ekspor Jawa Timur. Salah satunya perang dagang Amerika Serikat dengan China.

Kepala Disperindag Provinsi Jawa Timur (Jatim) Desak Nyoman Siksiawati menyampaikan hal itu dalam kuliah tamu di Departemen Manajemen Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Kamis, 24 Oktober 2019.

Ia menuturkan,  sejumlah tantangan baik eksternal dan internal pengaruhi ekspor Jawa Timur. Dari eksternal, kondisi perang dagang Amerika Serikat dengan China turut berpengaruh besar terhadap ekspor Jawa Timur. Selain itu, biaya logistik yang tinggi, prosedur birokrasi yang menimbulkan biaya tambahan menyebabkan pengusaha sulit ekspor.

"Kalau secara internal, pelaku usaha masih banyak yang ragu dengan pangsa internasional, ada juga yang masih terkendala modal usaha,” ujar dia.

Ia mengatakan, komoditas nonminyak dan gas merupakan ekspor terbesar di Jawa Timur. Ekspor selama Agustus 2019, nonmigas menyumbang sebesar 94,21 persen. 

Sedangkan negara yang menjadi sasaran terbesar ekspor Jawa Timur adalah Jepang, yang kemudian disusul Amerika, Tiongkok dan Singapura di posisi berikutnya. 

"Permata adalah komoditi terbesar Jawa Timur secara nasional. Selain itu juga ada kayu, tembaga, lemak hewan atau nabati, ikan dan udang, serta masih banyak lagi," beber pejabat kelahiran 1965 ini.

Tantangan ini, sambung Desak, tentunya memerlukan upaya-upaya khusus, salah satunya melalui sinergi antara pemerintah, akademisi dan pelaku bisnis. Sinergi ini diperlukan guna membuat kebijakan-kebijakan bersama yang berguna dalam peningkatan nilai ekspor

Selain itu, tim khusus bernama Tim Fasilitasi Percepatan Pengembangan Kawasan Industri (TFP2KI) yang dibentuk oleh Pemprov Jawa Timur turut menjadi salah satu cara. "Tujuan utama tim ini adalah terwujudnya eksistensi, sinkronisasi dan koordinasi kelembagaan agar dapat menjalankan tugas masing-masing secara efektif," paparnya.

Bagi para mahasiswa selaku elemen akademisi, Desak mengharap ada kontribusi dan kerja sama secara aktif untuk mengatasi semua kendala ekspor Jawa Timur. Sebab, melalui mahasiswa, dapat terbentuk generasi baru pelaku usaha bisnis dengan kreativitas yang sangat tinggi. 

"Semua mahasiswa itu hebat. Karena itu besar harapan bangsa ini menunggu kontribusi kalian (mahasiswa) saat ini dan di masa depan,” ujar dia.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Program Percepatan Ekspor

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Upaya tersebut dilakukan pemerintah provinsi Jawa Timur lantaran ekspor masih biasa saja. Persentase Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang siap dijalankan masih di bawah satu persen. Angka itulah yang kemudian menjadi pusat perhatian bersama dalam menentukan visi kerja ke depan. 

"Hal ini perlu dioptimalkan lagi melalui program percepatan ekspor serta karya-karya bersama masyarakat dan perguruan tinggi," ujar perempuan yang kerap disapa Desak ini saat memberikan materi kuliah tamu.

Salah satu penyebab kurang maksimalnya potensi tersebut, menurut Desak, yakni karena ada isu-isu yang sering muncul di masyarakat dan dengan mudahnya mampu memobilisasi masyarakat. Isu-isu ini yang kemudian berdampak pada beberapa sektor, termasuk perdagangan dan ekspor negara. 

Oleh sebab itu, lanjutnya, salah satu upaya mengurangi pengaruh ini yakni melalui kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia, Jawa Timur khususnya. "Salah satu yang bisa kami (Disperindag Provinsi Jawa Timur, red) lakukan adalah melakukan sosialisasi kepada para mahasiswa seperti ini," tutur perempuan kelahiran Tabanan, Bali ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya