Manten Pegon, Upacara Pernikahan Adat Surabaya Hasil Akulturasi Budaya

Pelaksanaan manten pegon diperkirakan dimulai pada abad ke-19. Hal itu dimulai dari derasnya migrasi orang-orang dari luar daerah ke Surabaya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Feb 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 00:00 WIB
Manten Pegon
Manten Pegon (balaibahasajatim.kemdikbud.go.id)... Selengkapnya

Liputan6.com, Surabaya - Manten pegon merupakan salah satu upacara pernikahan adat Surabaya. Upacara pernikahan ini lahir dari akulturasi beberapa budaya.

Mengutip dari balaibahasajatim.kemdikbud.go.id, manten pegon adalah proses pertemuan antara mempelai laki-laki dengan pihak mempelai perempuan. Beberapa budaya yang memengaruhi lahirnya tradisi ini adalah budaya Eropa (Belanda), Arab, China, dan Jawa.

Pelaksanaan manten pegon diperkirakan dimulai pada abad ke-19. Hal itu dimulai dari derasnya migrasi orang-orang dari luar daerah ke Surabaya.

Sejak kedatangan mereka, budaya asli Surabaya mulai bercampur dengan budaya masyarakat pendatang. Meski demikian, unsur budaya asli Surabaya masih tetap terasa, salah satunya loro pangkon.

Dalam pernikahan adat ini, pernak-pernik yang dikenakan kedua mempelai juga mengadopsi dari berbagai budaya yang dibawa oleh para pendatang. Ini juga termasuk busana maupun perlengkapan lainnya.

Adapun dalam pelaksanaan upacara manten pegon, kedua mempelai dirias sedemikian rupa. Pengantin perempuan mengenakan busana panjang.

Pakaian ini mirip dress yang dikenakan perempuan Eropa (Belanda). Umumnya, pakaian terdebut dibuat dari bahan kain sutra China atau sutra kombinasi. Bahannya berwarna lembut dan mengkilap.

Adapun untuk tatanan rambut, pengantin perempuan masih mengenakan hiasan rambut yang identik dengan budaya Jawa. Mulai dari sanggul, untaian melati, kembang goyang, dan mahkota, masih menjadi riasan rambut yang elegan.

Sementara itu, pihak mempelai laki-laki mengenakan pakaian berupa jubah. Untuk penutup kepala, mereka menggunakan serban yang identik dengan budaya Arab.

Dalam prosesinya, pengantin laki-laki akan diarak menuju rumah pengantin perempuan. Ia dikawal oleh pendekar silat yang membawa ayam jago serta diiringi oleh hadrah (jidur) yang melantunkan bacaan selawat.

Masing-masing mempelai telah mempersiapkan pendekar silat untuk adu parikan (pantun). Selanjutnya, ada adu kekuatan yang dimenangkan oleh pendekar utama. Hal ini merupakan simbol bahwa mempelai laki-laki berhasil mendapatkan mempelai perempuan setelah menghadapi berbagai rintangan.

Hingga kini, tradisi manten pegon masih kerap dilakukan oleh masyarakat Surabaya. Tradisi ini menjadi warisan budaya yang terus dilestarikan oleh sebagian masyarakat di Surabaya. 

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya