Dosen Unair: Globalisasi Lahirkan Dunia Baru Dibangun Jaringan hingga Mobilitas

Sebanyak 107 ilmuwan dari berbagai latar keilmuan dari berbagai penjuru dunia berdiskusi pada Internasional Conference of Urban Studies (ICUS) yang dihelat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Okt 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2019, 14:00 WIB
Kampus Unair
Kantor Pusat Manajemen Universitas Airlangga di Kampus C Unair, Jalan Ir Soekarno, Mulyorejo, Surabaya, Jatim. (www.unair.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 107 ilmuwan dari berbagai latar keilmuan dari berbagai penjuru dunia berdiskusi pada Internasional Conference of Urban Studies (ICUS) yang dihelat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair), 25-26 Oktober 2019.

Dalam konferensi bertema border, transportation and space tersebut, ruang tidak dipahami semata dalam aspek fisik belaka, melainkan juga merujuk pada sekat-sekat yang tidak selalu terlihat dalam sendi kehidupan namun memainkan peranan penting. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa bahkan menyatakan apresiasinya. Hal ini mengingat masalah border, transportasi dan ruang menjadi isu di setiap daerah.

"Beliau hadir dalam kapasitas sebagai orang nomor satu di Jawa Timur. Permasalahan border, transportasi dan ruang saya kira telah menjadi isu di setiap daerah di seluruh dunia. Dengan konferensi ini kami berusaha mempertemukan aktivis, praktisi, akademisi, dan pemerintah untuk berdiskusi secara produktif dan mencari ide-ide alternatif bagi persoalan tersebut," ujar Diah Arimbi, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 25 Oktober 2019.

Ketua Pelaksana ICUS, Lina Puryanti menambahkan, globalisasi telah melahirkan semacam dunia baru yang dikonstruksi oleh jaringan-jaringan, arus dan mobilitas masyarakat yang teramat cepat.

"Lantas, banyak yang menyebut dunia telah menjadi ‘borderless’, kita hidup di dalam global village atau desa buana. Benarkah hal itu? Apa konsekuensinya bagi kita khususnya masyarakat Indonesia? Itulah yang akan kita bahas,” ujar dia.

Perkembangan teknologi informasi yang mengiringi perubahan zaman membawa konsekuensi pada hampir seluruh dimensi kehidupan manusia, tidak terkecuali persoalan batas, transportasi, dan ruang.

Batas antara yang ‘riil’ dan yang ‘artifisial’, demikian juga dengan kuatnya pengaruh warganet di ruang siber—yang bahkan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan ruang ‘sesungguhnya’, adalah beberapa contoh betapa diperlukannya pemahaman yang kritis terhadap isu-isu tersebut.

Dalam konferensi ini, konsep praktik keruangan, garis batas, dan transportasi dipahami tidak dalam pengertian tradisional, melainkan secara mutakhir sesuai dengan fenomena yang terjadi.  

Oleh karena itu pula, meski diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya, para peserta seminar dan pembicara kunci berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sastra, linguistik, hukum, dan juga teknik.

Demi terciptanya diskusi yang berkualitas, ICUS menghadirkan 13 pembicara kunci (keynote speaker) dari empat benua yakni Asia, Amerika, Australia, dan Eropa. Beberapa di antaranya adalah nama-nama beken dalam kajian keindonesiaan.

Pembicara itu adalah  Itty Abraham (National University of Singapore, Singapura), Tod Jones (Curtin University, Australia), Freek Colombijn (Vrije University, Belanda), Yumi Kitamura  (Kyoto University, Jepang).

Selain itu, Kenta Kishi (Akita University of Art, Jepang), Deden Rukmana (Alabama Agricultural and Mechanical University, Amerika Serikat, Bubbles Beverly Asor (University of the Philippines, the Philippines), Intan Paramaditha (Macquarie University, Australia). Selain itu, ada juga Danang Parikesit (Universitas Gadjah Mada, Indonesia), Moch. Ali (Universitas Airlangga, Indonesia), dan Rudi Setiawan (Urban Transportation Policy Maker, Indonesia).

Adapun jumlah peserta yang akan mempresentasikan penelitiannya sejumlah 92 orang yang berasal dari Indonesia, India, Malaysia, dan Jepang. Lina mengatakan, seminar ini rutin diselenggarakan setiap dua tahun.

"Ini sudah penyelenggaraan yang kelima. Kita selalu memberi concern pada problem-problem kebudayaan, dan mencoba mencari formula serta perspektif yang beragam dalam memahaminya," ujar dosen yang berasal dari Departemen Bahasa dan Sastra Inggris.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya