BMKG Juanda: Waspada Hujan Lebat di Surabaya

Perkiraan cuaca di Surabaya menurut BMKG Juanda pada Senin, (17/02/2020).

oleh Liputan Enam diperbarui 17 Feb 2020, 11:20 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2020, 11:20 WIB
20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengatakan cuaca di Surabaya pada pagi hari ini terpantau berawan.

Prakirawan BMKG Juanda, Arif Krisna mengatakan, Surabaya diprediksi diguyur hujan mulai siang hingga malam hari dengan intensitas ringan hingga lebat.

"Surabaya berpotensi hujan pada siang hingga malam hari dengan intensitas ringan hingga lebat disertai angin kencang sesaat,” kata Arif saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (17/2/2020).

Arif juga mengatakan, hujan yang berpotensi turun di Surabaya disertai angin kencang sesaat dan petir serta suhu udaranya mencapai 25 – 34 derajat celsius.

"Kelembapan udara 60 – 95 persen, angin datang dari arah barat dengan kecepatan 5 – 20 KM per jam,” ujar dia.

Mengutip laman web juanda.jatim.bmkg.go.id, tak hanya Surabaya, hampir seluruh wilayah di Jawa Timur berpotensi hujan dengan intensitas yang berbeda.

Masyarakat pun diimbau agar berhati-hati dan mewaspadai adanya awan Cumolonimbus (Cb) serta hindari berteduh di bawah pohon dan papan reklame karena bisa tumbang.

"Ketika hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, jarak pandang biasanya kabur. Jika sedang berkendara baiknya berhenti dan mencari tempat untuk berteduh yang aman,” kata Arif.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret

20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.

Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.

"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.

"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," katanya seperti dikutip dari Antara.

Potensi Bencana

Sementara itu, terkait dengan potensi bencana pada musim pancaroba, dikatakannya selain angin puting beliung, ada bencana lain yang wajib diwaspadai yaitu angin kencang, petir, dan hujan lebat yang datang tiba-tiba.

Mengenai daerah yang berpotensi terkena bencana tersebut, dikatakannya, cenderung merata.

"Kalau Jawa Tengah itu angin kencang merata, tidak milih wilayah. Kemarin juga sudah dimulai angin puting beliung karena sempat ada jeda hujan sebentar, itu masa transisi," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya