Total Klaster Corona COVID-19 Ada 57 di Jawa Timur

Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso menuturkan, klaster besar masih di pelatihan petugas haji Indonesia yang di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 12 Mei 2020, 13:08 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2020, 22:49 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso menyampaikan kalau beberapa hari lalu ada sekitar 30 klaster di Jawa Timur (Jatim). Akan tetapi, ada penambahan 14 klaster baru lagi sehingga total 52 klaster hingga 9 Mei 2020. 

"Tapi hari ini kita mencatat lagi ada sebanyak 57 klaster di Jawa Timur," ujar Kohar dalam konferensi pers melalui live streaming di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Minggu (10/5/2020) malam.

Kohar mengungkapkan, klaster yang besar masih di pelatihan petugas haji Indonesia atau TKHI yang di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, yaitu sebanyak 157 kasus. 

"Kemudian yang Temboro Magetan ada 46 kasus. Temboro ini penyebarannya juga cukup luas ke berbagai kabupaten dan kota serta sampai ke Malaysia. Dan yang lebih baru lagi adalah klaster Sampoerna yaitu 41 kasus," ucap Kohar. 

Kohar mengatakan, ada sejumlah klaster-klaster yang perlu diwaspadai juga seperti halnya klaster dari pasar di Bojonegoro, Jawa Timur

"Kemudian juga ada klaster dari perusahaan dan ada juga klaster tenaga kesehatan. Cuma tenaga kesehatan ini bukan karena bekerja di tempat kerjanya tapi justru di tempat praktik," ujar Kohar. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ada 16 Klaster di Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sementara itu, berdasarkan rilis resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajarannya terus melakukan tracing untuk menemukan warga yang terkonfirmasi Covid-19. Terhitung hingga saat ini terdapat 16 klaster Covid-19 yang ada di Kota Pahlawan.

Jumlah 16 klaster tersebut, pertama dari klaster luar negeri. Kedua, area publik sebanyak sembilan, ketiga klaster Jakarta, dan tempat kerja berjumlah tiga. Kemudian, dari klaster seminar dan pelatihan ada dua, dan perkantoran berjumlah dua dan asrama.

Wali Kota Risma, mengatakan ketika ada warga yang positif, belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru. Ia mencontohkan, misalnya klaster dari luar negeri. 

Dari klaster luar negeri itu, petugas akan terus menelusuri kontak orang tersebut dengan siapa saja. Nah, jika dalam penelusuran itu ditemukan ada yang terkonfirmasi, maka orang tersebut menjadi satu bagian dengan klaster luar negeri.

"Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukan lah klaster baru,” kata Wali Kota Risma saat menggelar konferensi pers di Halaman Balai Kota Surabaya, Minggu, 10 Mei 2020.

Dari 16 klaster itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu merinci, jumlah pasien terbaru per tanggal 9 Mei 2020. Pertama, orang dalam pemantauan (ODP) dengan total 2.957, terdiri dari 153 rawat inap dan 587 rawat jalan. Kemudian yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217.

"Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 dari situ terbagi rawat jalan 273 dan rawat inap 663. Sudah terpantau 601 dan meninggal 3 orang,” terangnya.

Sementara itu, pasien yang terkonfirmasi COVID-19 jumlahnya mencapai 667 pasien. Dari angka tersebut, 343 di antaranya tengah dirawat inap dan 144 orang rawat jalan. Sedangkan pasien sembuh mencapai 100 orang. “Kemudian yang meninggal jumlahnya 80 orang,” jelasnya.

Dari semua itu, kata Wali Kota Risma, orang dalam risiko (ODR) totalnya 4.818, terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49. Kemudian, PMI dalam pantauan jumlahnya 49. 

"Kita telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kita cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kita terus awasi,” ungkap dia.

Saat kejadian itu, Wali Kota Risma menegaskan, sebetulnya pada waktu itu jumlahnya masih sekitar 4 ribuan. Namun, lantaran terhambat alat, maka sulit dipisahkan dengan anggota keluarganya. 

"Sekarang ini sudah bisa. Kemarin kita tes swab 1.083 orang di tes swab. Di situ kita langsung bisa pisahkan yang positif dan negatif,” pungkasnya. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya