Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 berdampak terhadap sendi kehidupan. Termasuk pekerjaan berhadapan langsung dalam penanganan COVID-19.
Selain dokter dan perawat yang menjadi garda terdepan, ada juga petugas medis lainnya termasuk tenaga laboratorium COVID-19 yang memeriksa spesimen tes dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Salah satunya dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya. BBTKLPP Surabaya ini memeriksa sampel rujukan dari Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Laboratorium ini juga menerima sampel selama 24 jam.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu penanggungjawab laboratorium COVID-19 tersebut yaitu dr Zahrotunnisa, M.Biotech. Setelah menceritakan pemeriksaan sampel di awal pandemi, perempuan biasa dipanggil Nisa ini menyampaikan suka dan duka bekerja di laboratorium selama pandemi COVID-19.
Nisa melihat, sesuatu yang terjadi termasuk pandemi COVID-19 ada sisi positif. Ia mengaku, pandemi COVID-19 yang terjadi mendorong dirinya dan tim belajar hal baru sehingga menjadi lebih baik dan mendapatkan ilmu dalam waktu singkat.
"Suka kita jadi cepat pintar, ilmu (didapat-red) berlipat-lipat dalam waktu singkat, upgrade ilmu jadi cepat, kerja sama tim baik,” ujar perempuan kelahiran Surabaya ini, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (30/8/2020).
Dengan kesibukan bertambah untuk pemeriksaan sampel di tengah pandemi, menurut Nisa juga membuat tim saling mengenal dan solid.
Sedangkan duka saat pandemi, menurut Nisa, ketika anggota timnya drop karena kelelahan dan ada yang sakit. "Belum lagi kalau ada komentar-komentar dan tekanan buat kami, tetapi kami sudah berusaha maksimal. Bekerja sampai malam, kami juga dituntut untuk cepat, akurat dan teliti," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Atasi Tantangan Saat Bekerja
Untuk mengatasi tantangan, kendala dan banyaknya sampel yang dihadapi, ia mengingatkan kepada staf-nya untuk selalu bahagia dan tersenyum saat bekerja.
Ibu dari tiga anak ini meminta staf-nya untuk rileks saat bekerja sehingga fokus dengan apa yang dikerjakannya. Hal ini mengingat pemeriksaan di laboratorium dituntut cepat, telti, akurat, dan hadapi sampel yang banyak.
“Mayoritas satu tim kebetulan perempuan. Jadi saya mengingatkan untuk santai. Mengingat ada presure hasil cepat dan banyak jumlahnya. Jadi teman-teman fokus kerja seperti unboxing, ekstraksi dan PCR, kalau hal lain misalkan ada perbaikan alat, butuh ini itu,sudah ada beberapa orang yang cover,” kata dia.
"Selalu bilang harus bahagia. Kalau bisa teman-teman harus tersenyum meski pakai masker, dan rileks. Ini mempan sehingga teman-teman tidak panik, sedih dan capek tidak kelihatan. Kami berusaha bertahan, bisa survive di lab,” ia menambahkan.
Advertisement
Pentingnya Dukungan Keluarga
Perempuan lulusan Pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM) ini mengaku sebelum pandemi memang jarang lembur. Ia berupaya untuk siapkan makan malam bagi anak-anak dan suaminya.
Nisa memiliki tiga anak yang tertua duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan dua duduk di bangku sekolah dasar (SD). "Dulu tidak pernah pulang lembur. Maksimal perjalanan dari kantor sekitar satu jam," ujar dia.
Dengan ada pandemi, jam kerja menjadi panjang. Beruntung sang suami dapat kerja dari rumah atau work from home (WFH) sehingga bergantian untuk mengurus anak. Apalagi anak-anak juga belajar dari rumah.
"Allah tidak pernah keliru meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tinggal kita menerima atau tidak. Saat diberi tanggung jawab di tengah pandemi, suami minta tetap pulang, sedangkan saya tidak mau pulang karena terlalu berisiko, tetapi tetap harus pulang," ujar dia.
Nisa menuturkan, sang suami juga sangat mendukung dengan pekerjaan dilakukannya. Apalagi tugas yang diemban untuk melayani masyarakat sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Ia mengaku dengan dukungan dari suami, dirinya jadi benar-benar fokus untuk penanganan COVID-19.
"Suami istimewa tidak pernah banyak minta, dan sangat tahu tuntutan untuk melayani masyarakat. Beliau juga sangat support saat anak-anak sekolah daring di rumah, lebih pintar dari saya," kata Nisa.
Nisa juga memberikan pengertian kepada anak-anaknya dengan pekerjaan yang dilakukan saat ini. Anak-anaknya pun akhirnya memahami. Nisa mengaku sempat diprotes oleh anak-anaknya. Selain itu, hal yang sempat membuat ia sedih ketika tidak bisa memeluk anak-anaknya di tengah pandemi.
"Saya berikan pengertian kepada mereka. Mereka juga tahu saya dokter. Saat melihat teman-teman saya bisa WFH dan mendampingi anak-anaknya, saya tidak bisa itu sedih tetapi harus diterima. Anak-anak juga saya ajarkan untuk menerima,” ujar dia.
"Anak-anak juga luar biasa. Mereka juga inisiatif untuk salat sendiri. Jadi nikmat buat saya, maka saya juga memberikan nikmat yang didapatkan dengan memberikan kepada umat lain. Salah satunya dengan pekerjaan yang saya lakukan di tengah pandemi,”ia menambahkan.
Harapan dan Pesan
Nisa menuturkan, untuk menyelesaikan pandemi butuh kerja sama dan penyelesaian bersama-sama terutama patuh protokol kesehatan. Hal itu mulai dari memakai masker, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pola hidup bersih dan sehat, serta jaga jarak. Ia mengatakan, untuk menyelesaikan pandemi ini mulai dari diri sendiri.
"Selama vaksin dan obat COVID-19 belum ditemukan, protokol kesehatan menjadi kewajiban. Ini sudah terbukti untuk putus penyebaran COVID-19. Ini mulai dari diri kita untuk melakukannya sehingga bisa bantu percepat penyelesaian pandemi,” kata dia.
Selain itu, ia mengingatkan untuk meningkatkan imunitas tubuh dan tidak panik. “Kalau panik dapat mempercepat penurunan imunitas,” kata dia.
Ia juga berharap pandemi COVID-19 ini dapat selesai sehingga aktivitas dapat kembali normal. Meski hal itu aka nada perbedaan. Nisa juga menilai, ada pandemi COVID-19 juga berdampak positif karena meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
"Sisi positif pandemi kita jadi hidup bersih dan sehat. Saat ini kalau dilihat kasus diare karena tak sehat. Dengan ada COVID-19, mengubah dalam waktu cepat untuk pola hidup bersih dan sehat," ujar dia.
Tamat
Advertisement